opini

Kedepan Akan Dijajaki Pilkada Elektronik

Kamis, 29 Desember 2016 | 08:36 WIB

PESTA demokrasi lokal periode kedua, akan dilaksanakan medio Februari mendatang. Masih ada waktu sekitar dua bulan dalam pelaksanaan tersebut. Sekalipun ada yang beraroma panas, namun ada daerah yang tampak kurang greget menyambut pesta lokal tersebut.

Panjangnya masa kampanye, disebut-sebut membuat greget pilkada menjadi sirna. Apalagi tidak muncul tokoh-tokoh cemerlang yang hendak membawa perubahan atau tokoh kontroversial yang memunculkan pro-kontra.

Pilkada Februari mendatang melibatkan 101 daerah terdapat 338 pasangan calon dan tercatat 48 petahana yang hendak berkompetisi. Mungkin bisa dibandingkan data yang ada dalam pilkada serentak Desember 2015 silam. Dari 810 pasangan calon yang berkompetisi di 265 daerah maka terdapat 122 petahana baik untuk pemilihan gubernur, bupati, walikota. Walau demikian, Kemendagri berharap ada kenaikan partisipasi pemilih pada pilkada serentak Februari 2017 mendatang menjadi 77,5% dibanding pilkada serentak Desember 2015 lalu yang sekitar 70%, namun harapan itu tidaklah semudah membalikkan tangan.

“Tanpa kandidat cemerlang membawa perubahan atau tokoh kontroversial penyebab pro-kontra, sulit membangunkan sleeping dog yang yakin akan adanya perubahan,” ujar pakar politik Fisipol Unsoed Ahmad Sabiq. Sehingga tidak menjadi heran, jika suasana adhem ayem begitu tampak bahkan berkesan tanpa greget.

Sambutan masyarakat pada kampanye, tampak kurang antusias. Apalagi kampanye yang dilaksanakan kandidat, umumnya juga masih konvensional : mengunjungi pasar, blusukan, berdialog dengan pendukung dalam rapat umum dan sejenisnya. Tidak ada sesuatu yang spektakuler. Masih banyak yang belum tahu visi misi kandidat, apalagi yang bertebaran di ruang publik adalah gambar-gambar tokoh semata.

Padahal data KPU menyebut bila pilkada serentak di 101 daerah ini melibatkan hampir 42 juta pemilih dengan pemilih pemula sekitar 2,3 juta. Mereka akan memilih 7 gubernur, 76 bupati dan 18 walikota, tentu bersama dengan wakilnya. Selain itu terdapat sekitar 600 kandidat gubernur, bupati dan walikota dan kandidat wakilnya. (diolah dari pelbagai sumber).

***

WALAU demikian bukan berarti masa depan pilkada akan menjadi suram, di tengah masukan agar dievaluasi kembali atau bahkan keinginan adanya amandemen UUD termasuk untuk pemilihan langsung. Namun aktivis antikorupsi Pukat FH UGM Oce Madril tegas menyebutkan, amandemen UUD terkait pilkada belum perlu. “Mungkin yang diperlukan dan mendesak adalah melakukan memperbaiki UU Pilkada. Kemudian dalam undang-undang ada larangan bagi mereka yang tersangka korupsi untuk dicalonkan. Mengapa perlu? Karena aturan saat ini sangat akomodatif terhadap calon korup dan money politics, “ tambahnya.

Halaman:

Tags

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB