Kita semua perlu mengkampanyekan ‘selamatkan pangan’ untuk efisiensi pemanfaatan pangan dan mengurangi kehilangan pangan. Pola konsumsi pangan harus diperbaiki, sampah pangan yang merupakan limbah organik juga dapat diolah menjadi pangan olahan, pakan, pupuk organik, energi serta pendukung lingkungan dan kehidupan yang lebih bermartabat dan berkelanjutan.
Ledakan penduduk masa kini dan masa depan membutuhkan loncatan besar untuk menyediakan kecukupan pangan yang mutlak dibutuhkan untuk melangsungkan kehidupan makhluk hidup di bumi. Badan Kependudukan PBB memperkirakan penduduk dunia saat ini mencapai 7,2 miliar dan akan meningkat menjadi 8,5 miliar pada tahun 2025.
Jumlah penduduk Indonesia saat ini adalah 255 juta, diperkirakan pada tahun 2035 meningkat menjadi 305,6 juta jiwa. Diperlukan pola produksi, distribusi dan konsumsi yang optimal dan sinergis agar tangguh pangan nasional bisa terbentuk berkelanjutan.
Program tangguh pangan harus mampu memberdayakan siklus energi, siklus bahan organik dan karbon, siklus air, siklus hara, siklus produksi, siklus tanaman, siklus material dan siklus uang secara terpadu dan berkelanjutan. Dengan didukung pola 9R (reuse, reduce, recycle, refill, replace, repair, replant, rebuild, reward) yang mempunyai nilai ekonomi, lingkungan, sosial budaya dan kesehatan.
Inovasi pertanian terpadu harus mampu menghasilkan produk dengan 3K (kuantitas, kualitas dan kontinuitas) yang memadai, sehingga menjadikan komoditas pangan sebagai sumber kehidupan dan lingkungan yang memadai. Dengan demikian diharapkan akan tercapai masyarakat sejahtera yang mempunyai ciri 9W (wareg, waras, wasis, waskito, wismo, wusono, wibowo, waluyo, wicaksono).
(Prof Dr Cahyono Agus. Guru Besar UGM Yogyakarta. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Rabu 7 Desember 2016)