Rancu Bahasa
Perubahan lain yang perlu dicermati, penulis sebut ‘rancu bahasa’. Rancu bahasa adalah penggunaan Bahasa Jawa yang sebenarnya sekadar terjemahan Bahasa Indonesia. Gejala seperti dimaksudkan ditandai dengan tak digunakannya bentuk yang asli Bahasa Jawa. Bentuk yang digunakan justru yang merupakan terjemahan dari Bahasa Indonesia. Misalnya, bentuk ora mlebu nalar, milai, sambetan sebagai terjemahan dari ‘tidak masuk akal’, ‘mulai’, ‘sambutan’. Padahal, dalam Bahasa Jawa bentuk milai berarti ‘memisahmisahkan’, sedangkan bentuk sambetan berarti ‘utangan/pinjaman’. Dalam Bahasa Jawa, bentuk yang seharusnya digunakan ialah ora nalar, wiwiti, cecala.
Menetapkan kebijakan untuk mengatasi permasalahan seperti dicontohkan bukan hanya tidak mudah. Tetapi juga memerlukan kompromistik seluruh masyarakat tutur demi keberterimaan penyikapan. Dalam konteks itulah kongres perlu diadakan. Jadi, selamat berKongres Bahasa Jawa VI. Sugeng ngrukti luhuring pakarti Jawi.
(Edi Setiyanto MHum. Balai Bahasa DIY. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Selasa 8 November 2016)