opini

Literasi Media Digital

Rabu, 28 September 2016 | 06:11 WIB

TERUNGKAPNYA jaringan prostitusi online yang melibatkan ratusan anakanak mendorong perlunya literasi digital media. Karena penggunaan media digital secara salah terbukti membawa anak-anak dalam situasi perundungan seksual yang merugikan. Anak-anak ini secara tidak cerdas mengunggah gambar, data pribadi, yang mudah dikonsumsi orang lain termasuk untuk tujuan kejahatan.

Di belantara informasi yang tidak terbatas ini anak-anak harus dalam pengawasan orangtua. Mereka bisa saja menjadi sasaran empuk predator seksual yang mengincar anak-anak di dunia maya. Banyak predator mengincar anak-anak untuk tujuan prostitusi. Tanpa literasi media digital anak-anak cenderung menjadi korban. Internet mengubah pola pikir dan perilaku anakanak secara cepat.

Mengubah Pola

Kemajuan yang diperoleh di era internet memang luar biasa. Saat ini nyaris tidak ada aktivitas manusia yang bisa membebaskan diri dari internet. Celakanya literasi media digital yang diberikan orang dewasa nyaris minim. Internet mengubah pola akses informasi ramai-ramai dari media konvensional menjadi sangat personal.

Pembelajaran literasi digital semakin tidak dapat dielakkan seiring ketergantungan manusia dengan internet belakangan ini. Indonesia sekarang ini masuk 5 besar pengguna internet di dunia. Berdasarkan data Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia tahun 2014 terdapat 88 juta pengguna internet di Indonesia. Sebanyak 79 juta penduduk aktif mengakses media sosial dengan 70% di antaranya menggunakan akses gawai.

Di kalangan orangtua yang bekerja anak-anak nyaris tidak diawasi dalam mengakses internet. Joh Palfrey dan Urs Gasser (2008) menyebutkan tentang generasi digital anak-anak yang lahir tahun 1980-1990-an. Generasi ini berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka belajar, bekerja, menulis dan berinteraksi dengan orang lain melalui cara yang berbeda. Selain itu generasi ini menjalani sebagian besar waktunya di dunia maya. Bacaan mereka sebagian besar bersumber dari blog ketimbang surat kabar.

Pola pergaulan mereka cenderung bertemu secara online sebelum tatap muka langsung. Tak jarang mereka berkenalan atau mendapatkan informasi dari media online sebelum tatap muka. Untuk keperluan mengerjakan tugas atau menyusun laporan mereka mengandalkan informasi dari internet atau situs pencari di media sosial.

Jika generasi sebelumnya lebih menyukai mendengarkan musik secara langsung generasi digital mendapatkan musik secara online dan jarang membeli hiburan musik di toko alat musik. Cara mengirim informasi pun mereka lebih suka dengan pesan pendek di media sosial ketimbang mengangkat telepon. Mereka juga mengadopsi dan bermain binatang peliharaan melalui media virtual secara online daripada bermain dengan binatang sungguhan.

Halaman:

Tags

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB