opini

Makan Tabungan

Senin, 12 Februari 2024 | 08:48 WIB
Prof. DR. Haryo Kuncoro, SE. M.Si.


KRjogja.com - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) telah merilis laporan simpanan masyarakat di perbankan untuk periode 2023. Saldo tabungan di bawah Rp 1 juta tumbuh 5,7%. Segmen simpanan Rp 1-5 juta naik 4,6%, kelompok Rp 50-100 juta tumbuh 3,4%. Sementara, kelas tabungan bersaldo di atas Rp 5 miliar hanya tumbuh 3,51% secara tahunan. 

Secara keseluruhan, kinerja pertumbuhan simpanan masyarakat di perbankan pada tahun lalu sekaligus menjadi yang terendah sejak LPS berdiri. Lalu, pelajaran penting apa yang bisa dipetik dari fenomena di atas?

Perubahan arah tampaknya sedang terjadi di masyarakat. Nasabah dengan tabungan Rp 1 juta dikaitkan dengan masyarakat bawah. Kelompok itu tipikal adalah pekerja pada sektor yang terdampak kondisi global. Industri padat karya, seperti perusahaan tekstil dan alas kaki, di beberapa provinsi telah merumahkan sebagian besar pekerjanya, bahkan melakukan PHK (pemutusan hubungan kerja). 

Baca Juga: Wujudkan Asas Luber Jurdil untuk Pemilu Berintegritas dan Berkualitas

Penyaluran Bansos (bantuan sosial) regular plus BLT (bantuan langsung tunai) mampu menjaga keyakinan (confidence level). Keduanya secara signifikan menolong konsumsi mereka. Namun, pertumbuhan simpanan yang moderat menandakan mereka belum mampu membalikkan keadaan dari kondisi makan tabungan.

Di sisi lain, kondisi ekonomi kelas menengah-bawah (simpanan Rp 1-5 juta) dan menengah-atas (simpanan Rp 50-100 juta) relatif stabil. Kendati pertumbuhan simpanan masyarakat di kedua klasifikasi itu melambat, mereka sejatinya tidak sedang dalam kondisi tertekan secara finansial.

Lebih lanjut, perlambatan simpanan masyarakat golongan kaya (di atas Rp 5 miliar) agaknya perlu diwaspadai. Penghuni tabungan kaliber jumbo itu mayoritas korporasi. Melambatnya pertumbuhan tabungan kelas kakap dipicu oleh tren penggunaan dana sendiri dalam pembiayaan bisnisnya.

Penggunaan dana sendiri untuk ekspansi bisnis memang masuk akal. Suku bunga pinjaman di perbankan masih tinggi dan cenderung naik. Namun, ekspansi usaha akan lebih optimal jika ada dorongan ekstra dari kredit perbankan. Sehingga kemampuan penciptaan lapangan kerjanya pun juga akan lebih besar.

Alhasil, perubahan arah konsumsi dan tabungan di masyarakat menjadi potret buram ketimpangan ekonomi yang makin menganga. Proporsi pendapatan yang dialokasikan untuk konsumsi bagi golongan bawah dan menengah-bawah niscaya lebih tinggi daripada golongan menengah-atas dan masyarakat kelas kaya.

Baca Juga: Gejayan Memanggil, Gerakan Apa Ini?

Per definisi, simpanan adalah sisa pendapatan yang tidak habis dikonsumsi. Dengan alur logika ini pula, proporsi pendapatan yang (terpaksa) disisakan untuk simpanan bagi golongan bawah dan menengah-bawah niscaya lebih kecil daripada golongan masyarakat menengah-atas dan kelas kaya.

Dugaan ketimpangan ekonomi tampaknya tidak berlebihan. Pertumbuhan ekonomi 2023 (5,05%) yang lebih rendah dari tahun sebelumnya toh lebih disebabkan oleh perlambatan konsumsi rumah tangga. Sementara kenaikan simpanan tidak seluruhnya menjadi investasi riil dengan semua efek positifnya.

Komparasi dengan data makroekonomi lain agaknya masih sinkron. Rasio Gini pada Maret 2023 berada di level 0,388. Angka itu merangkat naik dari 0,381 pada September 2022, serta lebih tinggi dari 0,384 pada semester pertama 2023.

Alhasil, laporan LPS soal posisi simpanan masyarakat memberi pesan bahwa perekonomian perlu lebih dibangkitkan lagi. Cara ini lebih realistis daripada mendorong kelompok masyarakat kaya untuk konsumsi. Lagi pula, Bansos dan BLT tidak bisa selamanya diberikan untuk menopang konsumsi kelompok bawah.

Geliat ekonomi dalam lingkup nasional, sektoral, dan regional niscaya mampu menyerap kembali para pekerja yang di-PHK serta menciptakan lapangan kerja baru bagi kelompok pengangguran terbuka. Targetnya tidak muluk-muluk. Kelompok masyarakat bawah bisa menabung lagi alih-alih makan tabungan.

Halaman:

Tags

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB