KRjogja.com - KELANCARAN sistem pembayaran memainkan peran penting dalam memastikan pergerakan dan pertumbuhan ekonomi. Di tengah tuntutan masyarakat modern yang menginginkan kemudahan, kecepatan, dan efisiensi biaya, digitalisasi sistem pembayaran menjadi jawaban yang tepat. Bank Indonesia, melalui Kantor Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta (KPwBI DIY) meluncurkan program Jogja QRIStimewa untuk memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran khususnya penggunaan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) di Yogyakarta.
Program ini sejalan dengan visi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025 dan BSPI 2030 yang baru diluncurkan pada 1 Agustus 2024 untuk mengedepankan sistem pembayaran yang efisien, inklusif, dan aman sebagai fondasi integrasi ekonomi dan keuangan digital di Indonesia. Program Jogja QRIStimewa menjadi kampanye utama yang diluncurkan dengan semangat kolaborasi antara pemangku kepentingan untuk perluasan pembayaran digital di Yogyakarta.
Hal tersebut mencerminkan upaya untuk menjadikan QRIS sebagai alat pembayaran Istimewa, selaras dengan identitas khas Yogyakarta. Melalui QRIS, transaksi keuangan menjadi CEMUMUAH-cepat, mudah, murah, aman, dan handal. QRIS menjadi game changer dalam mendorong digitalisasi sistem pembayaran di Yogyakarta.
Baca Juga: PSS Benahi Kekurangan di Waktu Jeda Internasional, Wagner Lopes Ungkap Hal Ini
QRIS tidak hanya mempermudah masyarakat dalam bertransaksi, tetapi juga membuka peluang bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk terhubung dengan ekosistem digital. QRIS menjadi gerbang bagi UMKM masuk ke dalam sistem perbankan dan e-commerce, memperluas pasar, meningkatkan efisiensi, dan membuka akses berbagai layanan keuangan.
Data menunjukkan akseptasi QRIS terus meluas. Total volume transaksi QRIS di DIY hingga Juli 2024 mencapai 82,89 juta transaksi, meningkat sebesar 168,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Demikian juga dengan jumlah pengguna QRIS di Yogyakarta telah mencapai 887.663 orang, atau naik sebesar 27,9% (yoy). Jumlah merchant yang menggunakan QRIS juga naik signifikan, mencapai 788.057 merchant, atau meningkat 23,93% dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini menggambarkan betapa cepatnya akseptasi QRIS di kalangan masyarakat dan pelaku usaha di Yogyakarta, khususnya UMKM.
Perluasan penggunaan QRIS tidak hanya pada sektor perdagangan, tetapi juga mencakup pasar tradisional dan modern, sektor pariwisata, transportasi umum, hingga layanan pajak dan retribusi pemerintah. Program Jogja QRIStimewa tidak hanya berfokus pada perluasan QRIS kepada merchant, tetapi juga kepada pengguna. Tujuannya adalah membangun ekosistem yang saling mendukung dan menguatkan, di mana setiap elemen dari pelaku usaha hingga konsumen dapat menikmati manfaat dari transaksi non-tunai. Dengan QRIS yang meluas, Yogyakarta sedang membentuk inklusi ekosistem pembayaran digital yang kuat, yang pada akhirnya menjadi fondasi bagi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Baca Juga: BPKH Akui Pembagian Kuota Haji Tak Sesuai Kesepakatan
Namun, tantangan tetap ada. Literasi digital yang rendah di beberapa kalangan masyarakat masih menjadi hambatan utama dalam memperluas adopsi pembayaran digital. Banyak masyarakat yang belum sepenuhnya memahami manfaatnya dan cenderung enggan beralih dari transaksi tunai ke transaksi digital. Selain itu, resiko keamanan siber juga perlu diperhatikan untuk memastikan keandalan dan perlindungan data dalam setiap transaksi melalui penguatan regulasi dan insfrastruktur yang memadai.
Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, Bank Indonesia, sektor swasta, dan industri penyedia jasa pembayaran. Edukasi dan sosialisasi mengenai literasi digital terus dilakukan secara intensif, terutama di kalangan UMKM dan masyarakat pedesaan. Selain Itu insentif bagi pengguna pembayaran digital termasuk pengguna QRIS, baik dari sisi merchant maupun konsumen, bisa menjadi strategi yang efektif untuk mendorong adopsi pembayaran digital yang lebih luas.
Dengan kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak, diharapkan program Jogja QRIStimewa dapat menjadi contoh sukses bagi daerah lain dalam mengimplementasikan digitalisasi sistem pembayaran. Yogyakarta dengan kearifan lokalnya terus bergerak maju, tidak hanya mempertahankan identitasnya sebagai kota budaya dan pendidikan, tetapi juga berkembang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dan inovasi digital yang inklusif dan berkelanjutan. (Cicilia Melly Andita Hendary, Kepala Tim Implementasi Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran dan PUR, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) DIY).