Krjogja.com - SEMARAK naiknya level sepakbola Indonesia di Kualiafikasi Piala Dunia 2026 masih hangat. Diikuti munculnya kembali pro dan kontra pemain keturunan. Mereka menjadi bagian tim nasional setelah melalui proses naturalisasi. Selain sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia juga sesuai regulasi FIFA.
Tak dapat dipungkiri, hadirnya pemain keturunan tersebut menjadi aspek penting untuk kemajuan sepakbola Indonesia. Mereka tersebar di berbagai negara, salah satunya Belanda yang memiliki ikatan sejarah. Banyak pemain sepakbola berkualitas yang merupakan keturunan Indonesia berkat sistem pembinaan yang sangat baik di negeri tersebut.
Negara ‘Kincir Angin’ ini menjadi salah satu contoh bagaimana sistem pembinaan sepakbola yang baik dapat menghasilkan pemain-pemain hebat. Dengan kompetisi sepakbola yang terorganisir dengan baik dan dukungan finansial yang solid, telah berhasil melahirkan tim nasional yang kuat dan kompetitif di Eropa dan Dunia. Tidak sedikit di tim Orange adalah keturunan Indonesia yang menunjukkan betapa potensialnya sumber daya manusia kita jika diberi kesempatan.
Baca Juga: 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Para pemimpin negara Indonesia sering mengangkat tentang besarnya keanekaragaman penduduk dan kekayaan alam Indonesia. Namun, meskipun potensi ini sangat besar, sepakbola Indonesia masih berada di level yang relatif rendah di dunia dan Asia. Hal ini menunjukkan adanya ketidakcocokan antara potensi yang ada dengan realitas yang dihadapi di lapangan.
Sistem pembinaan sepakbola di Indonesia masih menghadapi banyak kendala. Dari usia dini hingga level profesional, pembinaan sepakbola belum berjalan dengan baik. Wilayah yang luas dan sebaran penduduk yang merata tidak cukup menjadi faktor pendukung pembinaan ditambah daya dukung ekonomi pemerintah dan swasta masih lemah.
Organisasi sepakbola di Indonesia, PSSI, telah mengalami berbagai masalah sejak lama. Namun, di bawah kepemimpinan Erick Thohir, mantan Presiden Inter Milan, melakukan upaya signifikan untuk memperbaiki keadaan. Erick Thohir telah mulai membenahi sistem pembinaan dari usia dini hingga kompetisi professional ditingkat domestik, dan berusaha memanfaatkan potensi besar dari warga keturunan Indonesia di luar negeri.
Melalui pengalaman dan relasi luas di dunia sepakbola internasional, telah menyadari bahwa Indonesia memiliki aset berharga dalam bentuk pemain keturunan di negara-negara seperti Belanda, Italia, Jerman, Inggris, Amerika Serikat dan Spanyol. Potensi ini tidak dimiliki oleh negara-negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura. Pemain keturunan yang kini bermain di liga-liga Eropa bersedia membela Timnas Indonesia setelah melalui proses naturalisasi, yang secara langsung meningkatkan level Timnas di Asia sehingga memberi rasa iri bagi negara tetangga.
Naiknya level Timnas memunculkan keinginan masyarakat agar bendara merah putih di Piala Dunia 2026. Keinginan tersebut direspons PSSI dengan menambah jumlah pemain diaspora dari keturunan Indonesia di Timnas, khususnya pemain dengan grade tinggi.
Dalam perkembangannya, proses naturalisasi ini tidak hanya berdampak pada kualitas tim nasional, tetapi juga memberikan dorongan bagi pemain-pemain hasil pembinaan domestik. Sehingga muncul motivasi pemain untuk meningkatkan performa mereka dan berusaha masuk di level tim nasional.
Namun, pembinaan pemain di tingkat lokal memerlukan waktu yang panjang. Selain tantangan ekonomi yang masih kurang mendukung, minat anak-anak untuk menjadi pemain profesional belum menggembirakan, mengingat masa depan yang kurang menjanjikan.
Tidak sedikit talenta muda di Indonesia mengalihkan fokusnya untuk memilih pendidikan formal saja untuk dapat pekerjaan yang lebih baik, karena karir sepakbola profesional dianggap kurang menjanjikan. Hal ini menunjukkan perlunya reformasi yang mendalam dalam sistem pembinaan sepakbola untuk memberikan masa depan yang lebih baik bagi para pemain muda.
Dengan potensi sebagai negara besar dan harapan untuk mencapai "Indonesia Emas" pada tahun 2045, ada keyakinan bahwa daya dukung ekonomi akan meningkat dan mampu memberikan dukungan yang lebih baik untuk perkembangan sepakbola. Keberhasilan dalam mengembangkan sepakbola memerlukan investasi jangka panjang dan perencanaan yang matang.