opini

Menuju SDM Unggul di 2030

Kamis, 6 Februari 2025 | 10:10 WIB
Maria Setyaningsih Nernere,S.Pd.,M.Hum.

KRjogja.com - DILANSIR dari Future of Jobs Report 2025, Word Economic Forum, dalam lima tahun ke depan, ketrampilan akan menjadi isu yang dominan di pasar tenaga kerja global. Kriteria yang terpampang di lowongan kerja bukan lagi melulu soal IPK di ijazah sarjana, namun tentang portfolio di Curriculum Vitae. Banyak perusahaan yang kini lebih melirik lulusan yang mumpuni dalam dunia teknologi, khususnya Artificial Intelligence (AI). Ini adalah solusi yang dipilih oleh perusahaan untuk tetap bisa berdaya saing di tengah gempuran AI di berbagai sektor.

Prediksi ini tentu menjadi shock therapy bagi dunia pendidikan. Bagaimana kebijakan pemerintah untuk menyiasati urgensi kesiapan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia menjadi isu yang sedang disoroti masyarakat. Dikutip dari Buku II Nota Keuangan Tahun Anggaran 2025 Republik Indonesia, anggaran pendidikan memang diprioritaskan untuk meningkatkan kualitas SDM yang berdaya saing melalui peningkatan akses pendidikan, penyediaan sarana dan prasarana dan bantuan pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, peningkatan relevansi dengan dunia industri, serta pemberian makan bergizi bagi semua peserta didik.

Baca Juga: Jangan Khawatir, Stok Daging Untuk Ramadhan dan Lebaran Aman. Pemerintah Akan Importasi Terbatas

Saat ini, program yang sudah mulai dimunculkan adalah program Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi seluruh peserta didik di semua jenjang pendidikan serta program pembangunan sekolah Garuda dan sekolah Rakyat. Sementara itu, prioritas pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan meningkatkan relevansi dengan dunia industri masih belum muncul ke permukaan. Padahal, dua poin inilah yang seharusnya menjadi fokus untuk didahulukan.

Peningkatan kualitas gizi SDM Indonesia dan pemberian akses pendidikan yang merata hingga ke pelosok daerah merupakan suatu kebijakan yang positif. Namun, untuk mengatasi tantangan global dalam meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia, pemerintah harus mengambil langkah progresif untuk menyeimbangkan antara peningkatan akses pendidikan dengan pembenahan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri modern. Jika tidak, investasi besar dalam infrastruktur pendidikan dan program-program seperti MBG hanya akan menjadi langkah separuh hati.

Baca Juga: Unika Atma Jaya Jakarta Kukuhkan Dua Guru Besar

Kurikulum saat ini perlu didesain untuk meningkatkan kemampuan berpikir analitis dan membentuk peserta didik menjadi SDM yang memiliki ketahanan, fleksibilitas dan kelincahan. Tiga ketrampilan tersebut merupakan kriteria tenaga kerja yang dicari oleh para pemilik usaha menurut survei yang didokumentasikan di World Economic Forum. Secara konsep, tujuan pembelajaran perlu didesain selaras dengan revisi taksonomi Bloom, yakni mulai dari tahap mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Metode pengajaran konvensional yang hanya menekankan ceramah hingga penugasan yang hanya menuntut kemampuan hafalan peserta didik sudah dianggap kurang relevan dengan kebutuhan dunia kerja masa kini. Adapun jika ada aktivitas untuk mencipta, jika tidak diimbangi dengan umpan balik dari tenaga pengajar, tentu dirasa tetap kurang optimal.

Pembelajaran perlu memfasilitasi peserta didik dengan kegiatan yang mendukung mereka untuk mengaplikasikan apa yang telah dipelajari, menganalisis, mengevaluasi hingga mencipta. Keberadaan AI diharapkan dapat menjadi pendukung untuk mengeksekusi pembelajaran, bukan menjadi momok yang harus dihindari. Oleh karena itu, tenaga pengajar juga perlu cerdas dalam memberi instruksi penugasan agar peserta didik tidak melulu bergantung pada AI namun mereka sendiri harus secara aktif berproses. Hal ini bisa diwujudkan dengan membangun pembelajaran yang kolaboratif, reflektif dan dipersonalisasi.

Baca Juga: Lagi-lagi Gas LPG 3 Kg Bikin Panik Warga, LKY: Perlu Pendataan Sebelum Perbaikan Tata Niaga

Selain itu, penguatan link and match antara pendidikan dan dunia industri harus dipercepat. Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi perlu menindaklanjuti program magang, pelatihan, dan sertifikasi yang relevan dengan lebih serius. Tidak cukup hanya mengandalkan teori di kelas; para mahasiswa yang nantinya akan menjadi tenaga kerja dalam dunia professional harus mendapatkan pengalaman praktis di lapangan agar dapat memahami tantangan dan dinamika dunia kerja sesungguhnya. Ini hanyakah dua dari sekian banyak komponen lain yang perlu diperhatikan untuk mencetak SDM yang kompeten dan berdaya saing. Hal ini tentu menjadi tanggung jawab pemerintah dan membutuhkan dukungan dari semua pihak. (Maria Setyaningsih Nernere,S.Pd.,M.Hum., Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

Tags

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB