opini

Kemerdekaan Kreatif

Jumat, 8 Agustus 2025 | 14:30 WIB
Prof. Dr. Kuswarsatyo, M.Hum.

KRjogja.com - TAHUN ini Indonesia memasuki tahun ke-80 memperingati kemerdekaannya. Kemerdekaan dalam konteks perjuangan masa revolusi bisa dikatakan sebagai kebebasan dari kaum penjajah. Namun dalam konteks lain khususnya kehidupan seniman kebebasan dapat diartikan sebagai kebebasan berekspresi bagi seorang kreator dalam membuat karya. Kebebasan itu bisa tak terbatas dan ada pula batasananya. Kemerdekaan Seniman adalah konsep yang merujuk pada kebebasan individu seniman dalam berpikir, berekspresi, dan berkarya tanpa tekanan, sensor, atau pembatasan dari pihak manapun, baik negara, pasar, maupun norma sosial yang membatasi kreativitas.

Kemerdekaan Ekspresi seorang Seniman bebas mengungkapkan gagasan, emosi, dan kritik sosial melalui karya seni. Karya seniman terlindung dari sensor atau tekanan politik dan ideologi tertentu. Disinilah diketemukan Kemerdekaan Kreatif yang bebas mengeksplorasi medium, gaya, dan bentuk seni yang sesuai dengan visinya. Kebebasan berkarya tidak terikat oleh konvensi atau pasar yang mendikte selera. Demikian pula kemerdekaan profesional. Hak untuk memilih jalur berkarya: sebagai seniman independen, akademisi, atau bagian dari institusi seni.

Baca Juga: Indonesian Street Performance, Gambaran Peradaban dalam Nusantara Menari

Kesadaran seniman sebagai anggota kolektivitas masyarakat pasti ada batas-batas yang harus dipenuhi tidak bebas tak terbatas. Artinya ada batas ada juga yang tidak terbatas. Dalam bahasa eskpresi, seniman punya lisensia puitika artinya bebas mengemukakan gagasan, tetapi gagasan tersebut pasti bersifat cultural bond artinya terikat pada budaya. Budaya mana? Budaya tempatan kita di mana kita tinggal. Di Indonesia, ikatan itu melahirkan komunikasi estetis yang bisa berlangsung dengan baik. Karena seniman sebagai individu sekaligus menjadi anggota kolektivitas budaya tempatan di mana mereka tinggal.

Terkait dengan itu seniman dalam konteks ini bisa berbicara tentang keindonesiaan atau partikularitas khusus keindonesiaan. Masalah yang diungkapkan dengan keindonesiaan “dia atau mereka” bisa bicara dan membaca generalitas (kemanusiaan) Contoh kasus kebakaran di Indonesia sama dengan kebakaran di Amerika , lokasi berbeda tetapi substansinya sama-sama panasnya, kemudian menjadi inspirasi munculnya tari api.

Di sinilah kita tegaskan mengapa kemerdekaan seniman penting? Seniman yang merdeka adalah seniman yang mampu menciptakan karya yang jujur dan autentik. Hal ini karena seni adalah cermin kebebasan berpikir dalam masyarakat. Dunia seni yang bebas memperkaya kebudayaan dan mendorong perubahan sosial yang positif. Contoh salah satu karya lukisan Amri Yahya diberi judul “Hutanku jadi arang, lautku tinggal karang”. Ini semua orang didunia, bisa membaca substansi karya itu. Sama halnya karya tari dan music bisa dirakan namun lokasilitas masih terasakan. Maka inilah makna glokalitas yang muncul dari krseativitas seniman. Ini merupakan ecocritism seorang seniman yang peka terhadap situasi lingkungan alam yang terjadi.

Baca Juga: Penggunaan Energi Terbarukan

Seniman itu sovereign individual artinya pribadi yang berdaulat pada diri sendiri. Dalam konteks ini seniman menjadi pemberomtak yang sejati. Namun pembrontakan sejati itu diawali dengan memberontak keterbatasan sendiri. Baru setelah itu ke masalah lain di luar dirinya. Pada saat itulah seniman memiliki kultural bond ikatan budaya sbg anggota kolektivitas budaya. 

Lain pula dengan pemaknaan karya Nasirun ketika melukis kuda. Kuda Nasirun bentuknya berbeda, dengan lukisan kuda pada umumnya. Di dalam cerita wayang ada kereta jaladara yang ditarik kuda. Ekspresi tentang kuda lukisan Nasirum menekankan adanya ideosinkrasi yang selalu muncul dari si kreator.

Dalam bidang tari, dimensi karya tari klasik yang ada di kraton akan berbeda dengan gaya kerakyatan, namun keduanya tidak untuk dipertentangkan. Karena antara seni rakyat dengan seni kraton akan selalu berhubungan. Keduanya tidak ada yang terpisah, karena seni rakyat dan kraton memiliki relasi yang bersifat otoritatif (berkuasa dan berwibawa). Seni di Kraton dan seni kerakyatan bukan ruang hampa. Namun di dalamnya ada ruang liminal yang menghubungkan dua ruang itu, satu kaki di kerakyatan dan satu kaki di kraton. Oleh karenanya sifat rendah hati itu penting dalam menyikapi makna kemerdekaan kreatif seniman dalam membuat sebuah karya. Ini tak lepas dari prinsip dan makna filosofis yang terangkum dalam kawruh Joget Mataram (sawiji, greget, sengguh, dan ora mingkuh). (Prof. Dr. Kuswarsantyo, M.Hum, Dorektur AKN Seni Budaya Guru Besar FBSB UNY)

Tags

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB