Krjogja.com - SUKOHARJO - Kebutuhan air bersih warga di wilayah rawan kekeringan masih mencukupi dari sumur dan sumber penampungan lainnya.
Kekeringan diperkirakan terjadi pada periode setelah Juli-Agustus mengingat pada saat itu diprediksi merupakan puncak musim kemarau.
Pemkab Sukoharjo sudah menyiapkan organisasi perangkat daerah (OPD) untuk membantu warga saat kekeringan terjadi di wilayah tersebut.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo Ariyanto Mulyatmojo, Jumat (14/6) mengatakan, BPBD Sukoharjo sudah melakukan pemantauan dimana petugas terjun langsung ke wilayah rawan kekeringan meliputi Kecamatan Tawangsari, Weru dan Bulu. Beberapa desa di tiga kecamatan tersebut pada saat musim kemarau terjadi kekeringan dimana warga kekurangan air bersih.
Pemantauan wilayah dilakukan BPBD Sukoharjo mengingat kondisi sekarang sudah masuk peralihan hujan ke kemarau. Cuaca panas berdampak pada kondisi ketersediaan air bersih warga.
"Belum ada droping air bersih. Belum ada pengajuan karena kebutuhan air bersih warga khususnya di wilayah rawan kekeringan masih mencukupi. Artinya warga disana masih bisa mendapatkan air bersih dari sumur di rumah atau sumber penampungan lainnya," ujarnya.
BPBD Sukoharjo dengan kondisi tersebut tetap terus melakukan pemantauan wilayah. Sebab cuaca panas dan peralihan cuaca berdampak pada penurunan debit air bersih di sumur warga dan sumber penampungan lainnya.
Hal ini dikhawatirkan akan berdampak pada ketersediaan air bersih yang terus berkurang. Akibatnya warga bisa kekurangan air bersih.
Baca Juga: Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang Ke-70 Segera Dibuka Juni 2024! Cek Cara Pendaftarannya
"Posisinya sekarang memang air masih ada tapi debit air di sumur rumah warga menurun dampak cuaca panas. Kami terus pantau nanti disaat warga kekurangan air bersih maka bisa langsung kami langsung kirim bantuan," lanjutnya.
Ariyanto melanjutkan, BPBD Sukoharjo melakukan pemetaan rawan bencana alam dengan pengenalan karateristik wilayah. Kegiatan dilakukan dengan keliling 12 kecamatan melibatkan masyarakat dan pemangku wilayah setempat.
Pemetaan rawan bencana alam dilakukan sebagai bentuk update terhadap kondisi wilayah dan kerawanan yang terjadi. BPBD Sukoharjo secara bergantian keliling 12 kecamatan dengan meminta masukan dan tanggapan masyarakat terhadap peta rawan bencana alam di wilayah tersebut.
Kerawanan bencana alam dampak dari perubahan cuaca menjadi perhatian utama. Hal ini seperti banjir, angin kencang, tanah longsor dan lainnya yang diakibatkan cuaca hujan. Selain itu juga kekeringan hingga mengakibatkan warga kekurangan air bersih saat musim kemarau juga menjadi perhatian.
Baca Juga: Sosok Mbah Melan Asal Purworejo, Mantan Guru Matematika yang Bikin Deddy Corbuzier Terharu