"Dampak yang ditimbulkan akibat perubahan cuaca ini perlu diantisipasi. Pemetaan rawan bencana alam di masing-masing wilayah perlu dilakukan dengan melibatkan pemangku wilayah setempat dan masyarakat," lanjutnya.
BPBD Sukoharjo dalam pemetaan memerlukan banyak masukan dan tanggapan dari masyarakat dan pemangku wilayah. Termasuk juga solusi sebagai bentuk pencegahan dan antisipasi bersama terhadap kerawanan bencana alam.
Ariyanto mengatakan, perlu melibatkan masyarakat dalam pencegahan dan penanganan bencana alam berkaitan dengan ekosistem. Seperti dalam program penghijauan berupa penanaman pohon di wilayah rawan kekeringan. Pemerintah sudah sering melakukan penanaman pohon dan perlu melibatkan masyarakat dalam hal perawatan.
"Contoh lain seperti melibatkan masyarakat dalam menjaga kebersihan saluran air. Pemerintah sudah banyak membangun saluran air dan sering ditemukan masalah aliran air tersumbat sampah dan sedimentasi pasir tinggi. Masyarakat berperan disini membantu pengawasan dan perawatan agar fungsi saluran air itu normal dan mencegah banjir," lanjutnya.
Baca Juga: Hajad Dalem Grebeg Besar Kraton Yogyakarta 2024, Berikut Rangkaian Acara dan Sejarah Tradisinya!
BPBD Sukoharjo akan menjadikan hasil pemetaan wilayah rawan bencana alam ini sebagai pedoman. Sebab kondisi masing-masing kecamatan berbeda.
"Selain dipakai BPBD, juga dijadikan pedoman bagi pemerintah kecamatan setempat. Disana akan diketahui desa mana saja yang rawan semisal banjir, angin kencang dan lainnya," lanjutnya.
BPBD Sukoharjo melakukan langkah lain terhadap kewaspadaan bencana alam dengan mendorong peran Desa Tangguh Bencana (Destana). Keberadaan Destana sangat penting dan menjadi bagian memberikan edukasi kepada warga terhadap peningkatan kemampuan tanggap bencana alam.
"Terus dilakukan sosialiasi dan edukasi pada warga. Tidak hanya menyentuh tingkat RT dan RW saja, tapi juga keluarga. Sebab mereka juga rawan jadi korban terlebih lagi yang tinggal di wilayah rawan bencana alam seperti di bantaran Sungai Bengawan Solo atau perbukitan," lanjutnya.
Baca Juga: 200 Mahasiswa Teknik Industri UAJY Belajar 'Kehidupan' di Kraton Yogyakarta
BPBD Sukoharjo juga melibatkan pihak terkait lainnya dalam membantu memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait tanggap bencana alam. Sebab keterlibatan banyak pihak dikatakan Ariyanto akan sangat membantu dan mempercepat akses dalam pemberian materi dan peningkatan kemampuan.
"Terpenting itu orang per orang harus punya kemampuan dan tahu harus bagaimana saat bencana alam terjadi. Jadi tidak hanya sekedar ikut-ikutan saja tapi sudah punya modal kemampuan menyelamatkan diri sendiri, keluarga dan orang sekitarnya," lanjutnya.
BPBD Sukoharjo sekarang juga sedang gencar melibatkan pemerintah desa dan kelurahan untuk membantu mengantisipasi terjadinya bencana alam termasuk mengedukasi warga. Sasaran kedepan juga akan menjangkau anak-anak.
Ariyanto mengatakan, desa dan kelurahan masing-masing memiliki risiko kerawanan bencana alam sendiri. BPBD Sukoharjo berharap semua desa dan kelurahan di Kabupaten Sukoharjo kedepan bisa membentuk Destana. Hal ini dilakukan untuk mempercepat penanganan sekaligus tanggap bencana alam ditengah kondisi perubahan cuaca ekstrem.
Baca Juga: Tangkap 5 Pemburu Badak Jawa, Tim Gabungan KLHK dan Polda Banten Masih Buru 8 Pelaku dan Pemodalnya