Hanya beberapa langkah ke arah timur laut terdapat sumber air bernama Sendang Moyo yang dikelilingi tembok setinggi tiga meter. Sendang Moyo tidak pernah kering walau musim kemarau sekalipun.
"Sendang Moyo (awalnya) untuk makam Ratu malang, waktu digali keluar air dan ditunggu selama tujuh hari tujuh malam tapi tidak kering," ungkap Pak Jito dalam bahasa Krama alus.
Selama menunggu genangan air mengering, Amangkurat menunggu jenazah Ratu Malang siang malam, berbicara dengan jenazahnya dan menciuminya. Bahkan Amangkurat menolak menguburkan jenazah karena sangat kasmaran.
Saat itu kondisi Kerajaan menjadi tidak stabil. Para sentana dan Bupati memohon agar Raja segera kembali ke Istana tetapi ditolak dengan keras sampai akhirnya Sang Raja bermimpi kalau Ratu Malang tengah berkumpul dengan suaminya dan akhirnya sang Raja pergi dan memerintahkan jenazah segera dikuburkan.
Meski begitu, banyak versi yang diceritakan dalam kisah cinta memilukan ini. W.L Olthof dalam Babad Tanah Jawi, mulai dari Nabi Adam Sampai Runtuhnya Mataram menyebut bayi Ratu Malang dari suami terdahulu akhirnya lahir dan karena kecintaan Raja terhadap bayi tersebut, maka Raja memerintahkan agar Ki Dalang Panjang Mas dibunuh. Sepeninggalnya, Ratu Malang sangat sedih dan selalu menangis hingga tak lama kemudian meninggal karena sakit mutaber.
Hingga saat ini, Makam Ratu Malang masih ramai dikunjungi peziarah, tak sedikit juga yang 'bersemedi' untuk mendapatkan ilmu pengasihan. Beberapa orang percaya bila mandi di Sendang Moyo bisa membuat ilmu pengasihan datang sehingga banyak dicintai orang. Di sisi lain, Kompleks makam terkenal sangat angker sehingga harus selalu menjaga sopan santun saat berkunjung.
"Banyak yang kesurupan mbak, ya karena tidak sopan, nerobos masuk pintu gitu aja," imbuh Pak Jito. (Wulan Yanuarwati)