TANGGAL 9 Mei Malaysia akan melaksanakan Pilihan Raya Umum (PRU) atau Pemilu. PRU kali ini menjadi momentum politik penting bagi Malaysia di tengah derasnya gejolak politik terutama isu korupsi dan utang luar negeri yang semakin mengkhawatirkan.
Hampir 15 juta rakyat Malaysia yang memiliki hak pilih bakal memilih anggota parlemen. Ada 222 kursi parlemen yang diperebutkan partai politik untuk menentukan perkembangan politik Malaysia ke depan. Persaingan politik dalam PRU kali ini tergolong sangat menarik karena berhadapan dua tokoh penting, antara Najib Razak dengan Mahathir Mohammad.
Partai penguasa (UMNO dan Barisan Nasional) akan menampilkan Najib Razak lagi sebagai calon Perdana Menteri (PM), sedangkan partai pembangkang (oposisi) menampilkan tokoh senior Malaysia, Mahathir Mohammad. Partai baru yang didirikan Mahathir sendiri (Partai Pribumi Bersatu Malaysia) ini sudah bersepakat dengan partai-partai oposisi (PAS, PKR, dll) untuk mengusung Mahathir sebagai calon Perdana Menteri (PM). Seandainya oposisi menang dalam PRU Malaysia kali ini, Mahathir akan menjadi Perdana Menteri tertua di dunia dengan usia 92 tahun.
Dalam sistem politik Malaysia, seseorang yang akan menjadi PM dan menteri harus lebih dahulu terpilih sebagai anggota parlemen. Ketika mereka sudah menjadi menteri dan PM, jabatan sebagai anggota parlemen tetap dipertahankan. Dalam PRU kali ini Najib Razak dicalonkan dari negara bagian Pahang, sedangkan Mahathir Mohammad dari negara bagian Kedah.
Catatan politik yang cukup menarik dari Malaysia, sejak merdeka tahun 1957 sampai saat ini, partai UMNO selalu menjadi partai penguasa. Setiap kali dilaksanakan PRU, belum pernah partai UMNO mengalami kekalahan. Mahathir Mohammad yang pernah menjadi Perdana Menteri Malaysia lebih 20 tahun adalah juga tokoh UMNO. Namun dalam perkembangan berikutnya ia berubah haluan menjadi pembangkang (oposisi) karena melihat banyak kebijakan penguasa UMNO saat ini yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat.
Mahathir melakukan kritik keras kepada Najib karena kasus korupsi dan pinjaman luar negeri Malaysia yang semakin besar. Najib Razak tampaknya mengalami masa-masa sulit dua tahun terakhir ini seiring dengan semakin derasnya arus demonstrasi yang menuntutnya mundur dari kursi kekuasaan. Gejolak politik yang melanda Malaysia dengan munculnya demonstrasi besar-besaran merupakan babak baru dalam panggung politik Malaysia. Selama ini sangat jarang terjadi demonstrasi besar-besaran di Malaysia karena pengaruh Sultan di setiap negara bagian yang sangat dihormati oleh warga.
Dua tahun terakhir ini rakyat Malaysia semakin berani turun ke jalan menuntut Najib Razak mundur dari kursi PM karena diduga terlibat kasus mega korupsi mencapai 700 juta dolar (Rp 9 triliun). Demonstasi belakangan ini tidak hanya dilakukan kelompok oposisi (pembangkang), namun dari tokoh-tokoh UMNO sebagai partai penguasa juga ikut menuntut Najib Razak mundur. Bahkan Dr Mahathir Mohammad sebagai tokoh politik penting Malaysia selalu bersuara keras, agar Najib Razak segera mengundurkan diri.
UMNO yang pernah dipimpin Mahathir lebih 20 tahun, memiliki corak dan gaya politik yang berbeda dibanding dengan UMNO di masa Najib Razak. Mahathir yang memimpin UMNO dan Malaysia selama lebih dari duapuluh tahun memang telah banyak membuat kemajuan dan kesejahteraan bagi Malaysia. Namun di sisi lain Mahathir juga dinilai memiliki sisi negatif, dengan otoriter dan melakukan berbagai cara dalam menyingkirkan lawan-lawan politiknya.