Pers dan Gelembung Politik

Photo Author
- Jumat, 9 Februari 2018 | 11:11 WIB

Maraknya media online, makin membawa banjirnya informasi memenuhi ruang publik. Disinilah tantangan jurnalisme saat ini untuk tidak terjebak pada lapisan fakta yang mungkin sarat distorsi makna. Bukan bersadar pada kacamata kuda yang hanya melihat satu arah, tetapi dalam teks yang bisa jadi hanya sensasi saja.

George Lakoff dalam buku The Poltical Mind menuliskan, betapa orang gampang terbakar isu pada sebuah angan-angan, sebuah paparan reflektif yang hanya sekadar menjual gelembung harapan, dan itu menjadi wajar dalam dunia politik. Tetapi bukan pada bagaimana program itu disusun secara masuk akal untuk bisa terlaksana. Dalam marketing politik, gelembung-gelembung inilah yang dijual yang diolah, diperlebar dalam dunia maya.

Adalah tugas jurnalisme bagaimana bisa mengupas secara kritis supaya gelembung besar tersebut benar, bukan sekadar utopia jargon kampanye politik yang memenuhi ruang hampa.

***

DI TENGAH serbuan media sosial, bagaimanakah posisi media cetak di tanah air? Survei Nielsen Consumer and Media View di akhir 2017 mengungkap, ternyata 56% warga yang disurvei masih percaya membawa berita di media cetak, ketimbang media lainnya, apalagi media sosial. Hanya 24% respondennya yang membaca informasi di media sosial. Hal ini diperkuat juga dengan laporan hasil survei 'Bias, Bullshit and Lies Audience Perspectives on Low Trust in The Media' yang mengatakan, masyarakat mulai dengan keraguan tinggi ketika membaca informasi dari media sosial.

Karenanya Hari Pers Nasional tahun ini, harus bisa membaca keinginan masyarakat di tengah arus teknologi dunia internet. Dimana para responden sudah jenuh dan muak pada media sosial. Karena itu, momentum ini harus dijaga. Kepercayaan publik kepada media arus utama harus mampu menjaganya. Dengan apa? dengan menaati segala yang berkait akurasi informasi yang diberikan.

Tantangan bagi media massa arus utama semakin tidak ringan. Bukan hanya soal menurunnya minat baca dan nonton televisi di kalangan generasi milenial saja. Tetapi media harus mampu bertempur. Berperang melawan informasi yang tak akurat, tetapi sengaja untuk kepentingan sesaat dan sektoral saja. Dirgahayu Hari Pers Nasional 2018.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X