Kedua, sejauhmana desain rumah-rumah baru di tempat relokasi mempertimbangkan kebutuhan dan karakteristik sosio-kultural warga masyarakat desa. Desain rumah yang seragam seperti kompleks perumahan di kota, bisa saja terasa tidak pas dan menjadikan warga desa teralienasi karena harus beradaptasi dengan tata letak baru yang mungkin efisien dari segi tata ruang, tetapi mismatch dengan kebutuhan riil dan profil kultural warga masyarakat desa.
Semoga pemerintah tidak puas hanya dengan menyediakan rumah yang lebih baik secara fisik bagi masyarakat Bapangan dan Kepek. Tetapi, lupa bahwa di balik itu masyarakat desa mungkin saja mengalami cultural shocks yang mengalienasikan.
(Prof Dr Bagong Suyanto. Guru Besar Sosiologi FISIP Universitas Airlangga. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Rabu 25 Oktober 2017)