Karena ada tiga ketahanan yang harus diterapkan, yakni : Pertama, ketahanan fisik, yakni apabila terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan serta terbebas dari masalah ekonomi. Kedua, ketahanan sosial apabila berorientasi nilai agama, komunikasi berlangsung efektif, komitmen keluarga tinggi. Ketiga ketahanan psikologis keluarga yakni apabila keluarga mampu menanggulangi masalah non fisik, pengendalian emosi secara positif, konsep diri positif dan kepedulian suami terhadap istri.
Birokratis
Sekolah juga harus gencar menanamkan pemahaman kepada anak didik dengan membuat kurikulum atau skenario pembelajaran tentang narkoba dengan melibatkan orangtua. Tentu harus ada desain yang baik agar jangan menjadi bumerang, yang justru memancing rasa penasaran anak untuk mencicipinya.
Hambatannya tentu dari sisi birokratis dan kedalaman pengetahuan guru terhadap apa itu narkoba dan bahayanya. Dari sisi birokratis guru sudah banyak menanggung beban administratif, harus mengajar 24 jam pelajaran, harus memenuhi target lulus 100% dan seterusnya. Sehingga membuat mereka hanya sibuk mengejar prestasi permukaan.
Namun melihat fakta di atas, sudah saatnya Kemendikbud memperbarui kurikulum yang tidak saja hanya berorientasi kepada prestasi akademik, namun juga tanggap terhadap masalah-masalah aktual yang terus berkembang. Jika kurikulum terlalu rigid dan kaku, maka yang menjadi korban adalah masa depan anak bangsa ini.
(Prof Dr Ir Saratri Wilonoyudho MSi. Pernah menjadi Field Consultant of Regional Educational Development and Improvement Program JICA-Depdikbud. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Rabu 10 Oktober 2017)