RRI dan Generasi Milenial

Photo Author
- Senin, 11 September 2017 | 14:16 WIB

BAGI generasi usia 35 tahun ke atas, mungkin banyak yang masih memiiliki ingatan tentang Radio Republik Indonesia (RRI). Apalagi mereka yang berusia 50 tahun ke atas, rata-rata amat mengenal RRI. Maklum, masa kecil mereka RRI menjadi sumber utama informasi, pendidikan, dan hiburan. Namun, generasi di bawahnya, apalagi yang tinggal di kota, semakin sedikit yang mengenal RRI. Generalisasi seperti itu tentu tidak berlaku untuk sejumlah wilayah Indonesia seperti NTT, Maluku, Papua, dan Papua Barat di mana sampai tahun 2017 RRI masih menjadi media yang powerfull.

Akan tetapi, bagi generasi Y, Z, apalagi generasi milenial, sebagian besar mereka tidak lagi mengenal RRI. Temuan riset khalayak yang dilakukan di 5 wilayah provinsi, yaitu di Kota Batam (Kepri), Kabupaten Subang (Jabar), Singkawang (Kalbar), Nunukan (Kaltim), dan Jayapura (Papua) pada 2007 menunjukkan bahwa untuk usia remaja sampai dengan 25 tahun, frekuensi mereka mendengarkan radio rata-rata hanya 1,5 jam per hari dan motifnya adalah untuk mendengarkan musik. Adapun saluran media yang mereka gunakan untuk mengakses, bukan lagi radio konvensional melainkan melalui jaringan internet (Darmanto, dkk, 2008). Dengan karakteristik khalayak seperti itu, mereka bukan termasuk pendengar RRI.

Kian Tergerus

Bisa diprediksi, kalau di wilayah yang saat itu (sepuluh tahun lalu) jaringan telekomunikasinya masih terbatas dan peredaran telepon pintar belum semasif sekarang, sebagian besar remaja dan pemudanya sudah tidak mengakses siaran RRI. Apalagi di kota-kota yang jaringan internetnya bagus, RRI tentu semakin tidak dikenal mereka. Kini pendengar dari kalangan remaja dan usia muda kian tergerus.

Di sejumlah forum diskusi publik tentang RUU RTRI yang digelar oleh Rumah Perubahan Lembaga Penyiaran Publik (RPLPP) di beberapa kota di Jawa, saya sering meminta peserta dari kalangan remaja untuk memberi testimoni pengalaman mereka mengakses siaran RRI atau TVRI. Fenomenanya, seratus persen yang memberi testimoni tidak lagi mengenal RRI.

Dalam konteks lokal, bisa disimak siaran program interaktif di Programa 1, 2, 3 (sentral), dan Programa 4 RRI Yogyakarta. Jika kita mengidentifikasi pendengarnya berdasarkan karakter suara, dengan mudah dapat disimpulkan bahwa ternyata partisipan siaran interaktif di RRI didominasi oleh kalangan generasi X (tua).

Apa makna dari fenomena tersebut? Di mata generasi milenial, eksistensi RRI tidak lagi diperhitungkan. Padahal 13 tahun lagi, tepatnya tahun 2030, 70% penduduk usia produktif di Indonesia diperkirakan merupakan generasi milenial. Jika tidak ada langkah konkret dari RRI untuk merebut perhatian dari generasi milenial, sangat mungkin 13 tahun lagi RRI tidak akan ada pendengarnya. Karena generasi yang kini berusia 50 tahun ke atas tentu banyak yang tidak mampu lagi mendengarkan radio.

RRI Gamang

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X