Jika kemauan itu ada sejak duapuluh lima tahun lalu saat terakhir kalinya negeri ini meraih titel ‘juara’, pastilah paling tidak ada satu gelar mampir ke bumi Nusantara. Nyatanya tidak. Hingga saat ini tak ada kejayaan yang dapat diceritakan oleh generasi milenial. Indonesia sebagai pusat kekuatan sepakbola ASEAN hanyalah dongeng belaka. Sialnya, sampai saat ini kita masih percaya saja dongeng tersebut. Dongeng melelapkan yang membuat sepakbola kita tak kunjung bangun dan memperbaiki diri.
Membludaknya kolom komentar pada salah satu foto di akun media sosial Ezra Walian adalah bukti bagaimana frustrasinya penikmat sepakbola Indonesia. Sayangnya pelampiasan kekesalan mereka salah sasaran. Penyebab kegagalan di SEA Games 2017, bukan Ezra, bukan pemain lainnya, bukan pula pelatih Luis Milla. Kita semua adalah penyebab kekalahan tersebut.
Kegagalan di SEA Games 2017 hendaklah menjadi pelecut sebuah perubahan. Evolusi wajib terjadi pada semua elemen sepakbola Indonesia. Evolusi haruslah berwujud sebuah perubahan yang memakan waktu lama karena memang tak pernah ada yang instan di sepakbola. Jika perubahan tersebut tidak dimulai hari ini, beberapa generasi yang akan datang hanya akan menikmati dan merayakan kegagalan bak seorang masokis.
(Andhika Gilang. Kontributor Fandom Indonesia. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Rabu 30 Agustus 2017)