Debat Kusir
Tuntutan penghentian pembangunan bandara dilakukan tanpa mengemukakan data hasil analisis risiko dengan gamblang, seperti apa sesungguhnya risiko bencana tsunami di sepanjang pantai selatan Jawa. Sementara baik analisis dampak lingkungan, analisis rasio biaya dan manfaat, urgensi dan kepentingan dari pembangunan bandara, serta rencana strategi pengurangan risiko tsunaminya juga tidak pernah dipaparkan dan disosialisasikan dengan terang benderang. Ini menunjukkan bahwa kita boleh jadi masih lebih menyukai debat kusir daripada bersama-sama menatap tajam realita guna menghitung risiko, menghadapi tantangannya, menemukan akar persoalannya. Apalagi menemukan jalan ke luar yang dapat memenangkan semua pihak yang memiliki kepentingan.
Karena ancaman bencana nyata-nyata ada di setiap jengkal bumi Indonesia maka jelas bahwa keberadaan ancaman bencana tidak dapat dijadikan alat dan alasan mendasar guna menghentikan kegiatan pembangunan. Hanya hasil analisis risikolah yang dapat digunakan sebagai alasan apakah sebuah rencana kegiatan pembangunan harus dihentikan, boleh dilanjutkan, atau boleh dilanjutkan dengan persyaratan.
Sebagai tandemnya, setiap kegiatan pembangunan juga harus menempatkan pengurangan risiko sebagai modalitas utamanya. Jika dua hal ini dilakukan maka setidaknya setiap kegiatan pembangunan akan selalu mengusung semangat pencapaian tujuan bernegara. Yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
(Eko Yulianto. Peneliti Paleotsunami dan Kebencanaan Kepala Puslit Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Jumat 11 Agustus 2017)