Jika tahun 2004 ada upaya gerakan sipil melawan politisi busuk. Lalu tahun 2009 dan 2014 menggalang kontrak politik. Maka bisa dimungkinkan 2019 merancang model pembentukan blok politik pemilih dengan mengombinasikan di antara keduanya.
Itu artinya, waktu yang terbatas saat ini perlu mengorganisasi warga pemilih sektoral dan territorial diajak untuk membendung politisi bermasalah agar tidak masuk panggung pemilu pada satu sisi. Pada saat yang sama mengajukan kandidat-kandidat yang berkualitas dari versi masyarakat sipil pada sisi lain. Kerja semacam ini memang tidak mudah menyusun scenario. Akan tetapi jika bisa ditempuh paling tidak akan mampu mengurangi tren kemerosotan kualitas pemilu. Sehingga kita masih berharap masa depan demokrasi yang lebih baik.
(Dr Arie Sujito. Sosiolog UGM. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Selasa 1 Agustus 2017)