Nasionalisme dan Ancaman Transnasionalisme

Photo Author
- Kamis, 1 Juni 2017 | 02:58 WIB

BEBERAPA waktu lalu, Bangsa Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Peringatan Harkitnas merujuk pada pendirian gerakan Budi Utomo pada 20 Mei 1908. Budi Utomo didirikan Dr Wahidin Sudirohusodo dan beberapa pelajar sekolah dokter di Jakarta. Pendirian Budi Utomo diakui sebagai permulaan kebangkitan nasional.

Budi Utomo juga menjadi spirit lahirnya gerakan-gerakan nasional yang menentukan sejarah perjalanan bangsa. Sebagai gerakan kebangsaan berideologi nasionalis-Jawa, Budi Utomo telah menunjukkan sifat terbuka. Itu dapat diamati melalui penerimaan anggota Budi Utomo terhadap kelompok dari luar.

Kiai Dahlan

Pada konteks ini patut dikemukakan hubungan baik tokoh-tokoh Budi Utomo dengan pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan. Secara khusus Kiai Dahlan juga diminta untuk mengajar pendidikan agama bagi anggota Budi Utomo. Saat Budi Utomo menyelenggarakan kongres pada 1917, Kiai Dahlan bahkan diminta untuk memberikan ceramah.

Hebatnya lagi, kongres Budi Utomo diselenggarakan di rumah Kiai Dahlan. Peserta kongres tampak sangat tertarik dengan ceramah Kiai Dahlan. Karena itu, sejumlah anggota Budi Utomo meminta Kiai Dahlan memberikan pengajian sekaligus membuka cabang Muhammadiyah di daerahnya. Paparan fakta sejarah penting untuk memberikan pelajaran bahwa terjadi hubungan baik antara pelopor gerakan nasionalisme dengan tokoh-tokoh Islam. Sinergi itu terjadi karena tokoh-tokoh gerakan nasionalis dan Islamis sama-sama ingin memerdekakan bangsa dari penindasan kaum penjajah.

Transnasionalis

Dalam kaitan itulah kita perlu belajar dari teoretikus politik Perancis, Ernest Renan (1823- 1892) ketika mendefinisikan bangsa. Menurut Renan, bangsa adalah perwujudan solidaritas tingkat tinggi yang dibangun oleh kesediaan berkorban pada masa lalu berikut kesiapan untuk menghadapi masa depan. Itu berarti untuk tetap menjadi suatu bangsa dibutuhkan komitmen. Terutama dalam merawat solidaritas dan semangat berkorban.

Untuk merawat nilai-nilai solidaritas dan pengorbanan yang menjadi ikatan suatu bangsa jelas tidak mudah. Di tengah keinginan bangsa untuk memperkuat nilai-nilai nasionalisme kini berkembang juga ideologi transnasionalis (lintasbatas) di negeri tercinta. Ideologi transnasionalis dapat ditemukan dalam sejumlah gerakan yang memperjuangkan simbol-simbol keislaman.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X