Nasionalisme dan Ancaman Transnasionalisme

Photo Author
- Kamis, 1 Juni 2017 | 02:58 WIB

Meski gerakan transnasional sangat bervariasi, umumnya mereka memiliki pandangan politik yang sama. Doktrin politik yang dianut adalah agama dan negara merupakan satu kesatuan. Gerakan transnasionalis berkeyakinan bahwa ajaran Islam mencakup persoalan agama dan negara sekaligus (al-din wa al-dawlah). Bagi gerakan transnasional, pemisahan agama dan negara adalah sesuatu yang tidak terbayangkan.

Gerakan keagamaan transnasional dan kelompok fundamental pada umumnya juga berpandangan bahwa praktik politik yang harus menjadi rujukan adalah periode Nabi Muhammad dan sahabat. Cita-cita kelompok Islam politik ini kemudian diwujudkan melalui perjuangan yang berorientasi pada gerakan transnasional.

Khilafah

Dengan mencitakan dunia yang dipimpin seorang khalifah berarti tidak ada tempat bagi gagasan nasionalisme. Itu karena nasionalisme menekankan kesamaan tujuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Gagasan nasionalisme juga mengakui eksistensi keragaman etnik, agama, budaya, dan bahasa, sebagai entitas yang memiliki tujuan untuk mewujudkan kebaikan bersama.

Sementara ideologi transnasionalis mencitacitakan sistem politik yang lintas batas berdasarkan kesamaan agama. Sistem politik negeri tercinta dianggap bertentangan dengan Islam. Karena itu, harus diganti dengan sistem politik periode awal Islam dalam bentuk khilafah. Ideologi Pancasila juga harus diganti dengan syariat Islam.

Pandangan bercorak transnasional jelas bertabrakan dengan nilai-nilai nasionalisme. Menyoal Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) juga bertentangan dengan spirit para pendiri bangsa. Apalagi semua komponen bangsa telah menjadikan Pancasila dan NKRI sebagai konsensus yang final.

Kini tugas pemerintah adalah mengajak gerakan berideologi transnasionalis untuk terus berdialog. Mereka harus diyakinkan bahwa Pancasila sejalan dengan ajaran Islam. Bahkan sebagai bangsa, seharusnya kita berbangga karena sejumlah pemimpin negara ingin menjadikan negeri tercinta sebagai laboratorium dunia untuk kehidupan yang toleran di tengah keragaman.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X