Ketujuh, Jakarta menjadi medan pertarungan kepentingan berbagai pihak. Firman Lubis (2008) mengisahkan, sejak awal kemerdekaan Jakarta telah menjadi arena konflik. Sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian, Jakarta diriuhkan berbagai laskar rakyat. Siapa pun dapat mendirikan laskar asal memiliki keberanian dan kharisma seorang panglima. Untuk membangkitkan fanatisme anggota, digunakan atribut khususnya identitas agama dan kedaerahan.
Jakarta memang bukan Indonesia. Namun, situasi Jakarta bakal menentukan keadaan seluruh negara. Gangguan keamanan harus dicegah dan diminimalkan. Sebab, Jakarta adalah wajah kita bersama.
(Dr P Ari Subagyo MHum. Dekan Fakultas Sastra USD Yogyakarta. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Rabu 19 April 2017)