Perempuan, AKI dan Kekerasan

Photo Author
- Kamis, 16 Maret 2017 | 11:38 WIB

‘BE BOLD, for change’, berani melakukan perubahan. Tema ini yang diusung dalam memeringati Hari Perempuan Sedunia. Gema diteriakkan jutaan perempuan di pelbagai belahan dunia untuk melakukan perubahan, menjadi setara dan adil di manapun.

Peringatan hari perempuan sedunia tidak lepas dari akar sejarah panjang. Berawal dari perjuangan perempuan pekerja tekstil di New York 1909 yang protes kondisi memrihatinkan. Gerakan ini tidak lepas dari peran besar feminis di Eropa. Gerakan ini mulai mengusik perempuan pekerja di negeri lain seperti Rusia, Austria, Denmark dan lainnya. Sehingga PBB tahun 1975 resmi mencanangkan dan merayakan 8 Maret sebagai Hari Perempuan Sedunia.

Mengambil ruh hari perempuan dan dengan perjalanan panjang gerakan perempuan tersebut, bagaimana perempuan Indonesia kini?

***

Berbicara kondisi perempuan Indonesia, bak bicara dua sisi mata uang. Di sisi terang, bangsa ini berani tegas mengatakan, perempuan Indonesia sudah maju dan setara. Tidak ada lagi ruang publik tidak bisa dimasuki perempuan. Acap disuarakan, Indonesia ‘lebih maju dan demokratis’, karena perempuan bisa menjadi Presiden RI. Sejarah membuktikan, di negeri kampiun demokrasi seperti AS, masih mustahil. Kekalahan Hillary Rodham dari Donald Trump menunjukkan betapa sesungguhnya orang Amerika belum bisa menerima perempuan sebagai presiden.

Di masa silam, hanya ada dua perempuan dalam kabinet terutama Kabinet Pembangunan : Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Menteri Sosial. Kini Kabinet Kerja tidak ‘sekadar memajang’ perempuan dalam zone yang dianggap dekat dengan perempuan. Karena dalam kabinet ini juga terdapat perempuan untuk Menteri Luar Negeri, Menteri Keuangan dan Menteri BUMN. Di jajaran bawahnya, mulai banyak jabatan dipercayakan pada perempuan.

Sementara ‘sisi buram’ perempuan tampak mulai dari bidang legislatif. Selain belum memenuhi kuota keterwakilan perempuan 30%, perempuan di legislatif cenderung menurun. Dalam Pemilu 2014 hanya 14% perempuan masuk, dibanding Pemilu 2009 yang hampir 19%. (AKardiyat Wiharyanto, KR 9/3).

‘Sisi buram’ kian jelas kala mengungkap kekerasan terhadap perempuan, yang angkanya meningkat dari waktu ke waktu. Catatan akhir tahun Komnas Perempuan 2017 yang dirilis setiap 8 Maret menyebutkan selama 2016 terdapat 259.150 kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan dan ditangani. Seperti tahun lalu, kekerasan yang terjadi di ranah personal mencatat kasus paling tinggi. Dan data PA mengungkap 245.548 kasus adalah kekerasan terhadap istri yang berujung pada perceraian.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X