Belajar Saintek di Timur Tengah, Mungkinkah?

Photo Author
- Selasa, 7 Maret 2017 | 08:37 WIB

NEGARA-negara Arab di Timur Tengah khususnya Arab Saudi merupakan pusat pendidikan dan pengajaran agama bagi orang-orang muslim. Karena dari sanalah ajaran Agama Islam muncul. Sehingga sudah menjadi pemahaman umum di masyarakat Indonesia kalau ada pelajar ataupun mahasiswa Indonesia yang akan belajar ke Arab Saudi dipastikan akan belajar ilmu agama.

Tetapi asumsi dan pemahaman tersebut saat ini tidak sepenuhnya benar. Saat ini sudah banyak mahasiswa Indonesia yang belajar di universitas-universitas Arab Saudi mengambil bidang-bidang non agama seperti sains, teknik, farmasi, kedokteran, ekonomi dan bidang ilmu lainnya. Hal ini memang sudah menjadi hal yang sewajarnya karena memang kampus-kampus di Arab Saudi juga membuka jurusan-jurusan umum non agama. Sebut saja beberapa kampus besar seperti King Abdulaziz University, King Abdullah University of Science and Technology, King Saud University, dan King Fahd University of Petroleum and Minerals yang membuka banyak sekali jurusan non agama.

Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah bagaimana kualitas pendidikan di Arab Saudi?

Kualitas Riset

Untuk melihat kualitas dari sebuah universitas, parameter kuantitas dan kualitas riset menjadi salah satu atau bahkan yang utama dari penentu baik buruknya sebuah kampus. Dan keluaran riset ini dapat dilihat dari jumlah publikasi jurnal khususnya jurnal bertaraf internasional. Parameter standar untuk melihat banyaknya jurnal internasional dari sebuah kampus dapat dilihat dari data yang ada di Scopus sebagai acuannya.

Menurut data Scopus pertanggal 19 Februari 2017, tercatat bahwa jumlah publikasi hasil riset tertinggi di Arab Saudi adalah sebanyak 26.150 publikasi yang dipunyai oleh King Abdulaziz University. Bandingkan dengan universitas di Indonesia, dimana peringkat tertinggi diduduki oleh ITB dengan jumlah publikasinya sebanyak 7.044. Artinya jumlah publikasi tertinggi di Arab Saudi mencapai lebih dari tiga kali lipat yang ada Indonesia. UGM sendiri menduduki peringkat ketiga dengan 4.333 publikasi dibawah ITB dan UI.

Banyaknya publikasi ini karena adanya dukungan komitmen dari pemerintah Arab Saudi dengan menggelontorkan dananya cukup banyak untuk bidang pendidikan. Dengan dana yang berlimpah, mereka mengundang profesor dari Amerika dan Eropa ditambah negara tetangga seperti Mesir, Turki dan Pakistan untuk mengajar di Arab Saudi. Juga ada dari Indonesia.

Dengan berkumpulnya para pakar di bidang masing-masing menjadikan riset mereka berkembang cepat dan menyalip negara lainnya. Sehingga tidak diragukan lagi kualitas pendidikan di Arab Saudi meningkat begitu pesat. Ditambah lagi dengan dukungan peralatan laboratorium yang lengkap, menambah bergairahnya iklim riset mereka.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X