MASALAH klaim tumpang tindih di Laut Tiongkok Selatan (LTS), antara RRT dan beberapa negara ASEAN, ternyata mulai membias. Di sisi lain, sampai saat ini ASEAN masih sebagai organisasi paling dinamis di dunia, serta menjadi sumbu pertumbuhan ekonomi dan perdagangan global. Mungkinkah ASEAN tersandera Tiongkok?
Sewaktu perang dingin memuncak, Amerika Serikat mendesakkan prakarsa pertahanan bersama Asia Tenggara. Berdasarkan Perjanjian Manila pada tahun 1954, lahirlah South East Asia Treaty Organization (SEATO). Kerja sama regional di bidang militer yang diprakarsai oleh negara di luar kawasan itu sebagai eksistensi perang dingin di Asia Tenggara dengan markas besarnya di Bangkok. Dasarnya adalah anti-komunis, didirikan demi untuk membendung pengaruh Tiongkok dan Vietnam Utara ke Selatan.
Anggotanya terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Australia, Selandia Baru, Pakistan beserta dua negara Asia Tenggara yaitu Muangthai dan Filipina. Kerja sama regional seperti inipun tidak berhasil mencapai sasarannya. Pertama seperti halnya kerja sama regional lainnya beranggotakan negara-negara non-Asia Tenggara. Kedua, kerja sama regional militer itu lebih banyak merupakan alat negara besar yang bersaingan dalam perang dingin. Akhirnya SEATO tak berdaya guna dan semakin melemah karena semakin kehilangan kredibilitasnya.
Pengganti SEATO
Kerja sama regional Asia Tenggara berikutnya adalah Association of Southeast Asia (ASA), dibentuk tahun 1961. ASA beranggotakan Malaya, Muangthai, dan Philipina, sehingga merupakan kerja sama regional yang pertama kali tidak menyertakan negara luar wilayah. Asosiasi ini merupakan pengganti SEATO yang sudah semakin mengecewakan para anggotanya.
Ketika Indonesia diajak oleh Tengku Abdul Rachman (PM Persekutuan Tanah Melayu/- Malaya) untuk ikut serta dalam ASA (1960), Presiden Soekarno dengan tandas menyatakan bahwa ia lebih suka ingin bekerja sama dalam konteks Asia-Afrika yang lebih merupakan konsep politik daripada regional.
Kerja sama regional Asia Tenggara berikutnya adalah Maphilindo, dibentuk tahun 1963 di Manila. Maphilindo juga tidak menyertakan negara-negara di luar kawasan. Adapun anggota Maphilindo adalah Malaya, Philipina dan Indonesia. Tujuannya untuk mencegah lahirnya Malaysia. Ternyata umur Maphilindo lebih singkat dibanding ASA.
Pada tanggal 8 Agustus 1967 dibentuk Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara, ASEAN. Pembentukan ASEAN merupakan jalan ke luar untuk mengatasi paradoks dari pembentukan ASA dan Maphilindo. Dalam pertumbuhan silangnya memperluas ruang lingkup menemukan Asia Tenggara terbelah dalam sasaran kedua konsepsi kerja sama regional tadi.