Aleppo dan Perlunya Kesadaran Dunia

Photo Author
- Jumat, 23 Desember 2016 | 11:36 WIB

DUNIA berduka. Hak Asasi Manusia (HAM) terus menjadi persoalan serius menyusul semakin luasnya konflik di belahan bumi dunia, khususnya di Asia dan Timur Tengah. Belum habis perbincangan mengenai konflik etnis Rohingya di Myanmar, kini Suriah semakin menjadi pusat perhatian dunia. Terlebih setelah konflik berkepanjangan di Aleppo kian menjauh dari kata prikemanusiaan.

Banyak yang percaya bahwa konflik yang terjadi bukanlah murni konflik antara pemerintah Suriah dan pemberontak yang selama ini tidak puas dengan jalannya pemerintahan yang kurang liberal. Tidak sedikit dari organisasi-organisasi dunia percaya bahwa konflik di Suriah adalah benar-benar murni konflik politik yang akan terus terjadi sampai dengan waktu yang tidak bisa ditebak.

Bagaimana Bermula?

Berawal dari serangkaian demonstrasi antipemerintah di berbagai negara di Timur Tengah pascamusim semi Arab sekitar pertengahan tahun 2011. Di Suriah juga terjadi aksi demonstrasi besar-besaran oleh masyarakat sipil. Hal itu terjadi atas dasar ketidakpuasan terhadap pejabat yang korup dan kurangnya kebebasan sipil.

Butir penting dalam upaya demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat sipil Suriah ditanggapin brutal oleh rezim yang berkuasa. Dan ketika rezim menanggapinya dengan brutal dan penuh kekerasan akhirnya banyak pengunjuk rasa dan kelompok tertentu yang menyimpulkan bahwa satusatunya cara berhadapan dengan pemerintah adalah dengan menggulingkan rezim dan mempersenjatai diri. Hal yang demikian justru hadir propaganda asing yang ikut serta dan ada di balik kelompok-kelompok itu untuk kemudian mengambil keuntungan dari konflik yang terjadi. Ini tidak bisa dibiarkan!

Dalam konflik ini, Aleppo menjadi penting. Karena di atas kertas hal itu terjadi karena Aleppo adalah kota terbesar kedua di Suriah. Jadi dengan menguasai kota itu, para pemberontak bisa berkeyakinan bahwa akan lebih kredible dan bisa bersaing dengan pemerintah.

Sebenarnya organisasi-organisasi dunia sangat menyayangkan kenapa kemudian Aleppo yang menjadi sasaran pemberontak untuk menandingi kekuasaan rezim, kejahatan kemanusiaan juga akan terus terjadi di sana tanpa batas waktu yang tidak bisa ditentukan. Bahkan banyak pengamat mengatakan bahwa kejatuhan Aleppo bukan berarti menjatuhkan rezim, tapi lebih kepada melemahkan rakyat sipil di sana.

Yang perlu digarisbawahi di sini sebenarnya jatuhnya Aleppo bukan berarti perang sudah berakhir apalagi berarti perang akan berakhir. Karena sampai detik ini pun rezim dan pemberontak terus saling mencari siapa yang benar dan siapa yang akan menang tanpa peduli terhadap rakyat sipil yang jadi korban.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X