Dampak dari minimnya partisipasi kaum muda dalam dunia politik menjadikan lemahnya kaderisasi bagi partai politik. Bila situasi ini dibiarkan begitu saja akan terjadi lost generation. Gejala lost generation tersebut sudah mulai terasa sekarang. Kaum muda yang hadir pada panggung politik tidak melalui proses kaderisasi, tetapi melalui politik dinasti. Kaum muda tampil dalam politik praktis karena diuntungkan tumbuh dalam keluarga yang mapan secara politik, ekonomi, religi, dan kultural. Politik dinasti menyebabkan kaum muda terjun dalam politik mengalami budaya cepat saji.
Hal tersebut menyebabkan kaum muda yang menekuni politik miskin ideologi, tak memikirkan kepentingan publik, dan tipisnya rasa kebangsaan. Kaum yang terlibat dunia politik, sekadar demi kepentingan pragmatisme. Tujuan beraktivitas politik semata mengejar ambisi kekuasaan, prestise, dan pundi ekonomi. Maka tak heran gara-gara terjebak kasus korupsi, kaum muda terjungkal saat berpolitik.
Untuk mencegah terjadinya lost generation pada masa yang akan datang bisa dilakukan dengan membangun nurani politisi senior yang sekarang memenuhi pentas politik Indonesia, agar bertindak sebagai negarawan. Tingkah polah politisi senior perlu mengedepankan sebagai pemimpin kharismatik. Sehingga politisi tersebut dapat menjadi idola kaum muda.
Bila itu berhasil dilakukan bermanfaat untuk menumbuhkan minat kaum muda masuk ke dunia politik. Kekagumannya menumbuhkan proses belajar sosial melalui imitasi atau identifikasi ingin menjadi seperti tokoh idolanya. Ini bisa dijadikan sarana menggerakkan kaum muda menekuni dunia politik.
Hal lain yang dapat dilakukan adalah menyelenggarakan sekolah politik kaum muda. Sekolah politik dimaksudkan untuk mendorong kaum muda untuk berpolitik secara benar. Sekolah politik juga dimanfaatkan membuka wacana bahwa berkiprah dalam dunia politik bisa sebagai sarana kaum muda memberi kontribusi positif bagi bangsa.
(Dr Hadi Suyono SPsi MSi. Lulusan Program Doktor Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Jumat 28 Oktober 2016)