‘Aerocity’ dan Bedah Menoreh

Photo Author
- Rabu, 19 Oktober 2016 | 23:41 WIB

Belum hilang dari ingatan kita tentang dinamika pembebasan tanah untuk pembangunan bandara, yang hingga kini masih berproses. Kunci utama keberhasilan pembangunan bandara adalah partisipasi aktif masyarakat, yang diiringi dengan harapan bahwa: (1) masyarakat diberikan kesempatan untuk terlibat dalam proses pembangunan dan operasional bandara; (2) kota bandara memungkinkan menjadi pusat pertumbuhan baru; dan (3) membuka ruang usaha baru sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat.

Berkenaan dengan hal tersebut, maka pembangunan kawasan sekitar bandara menjadi aerocity harus dilakukan secara partisipatif dengan menempatkan masyarakat setempat dan investor pada kedudukan yang sama, dan pemerintah harus menjadi fasilitator dan regulator yang adil. Sebagai contoh, hadirnya investor dalam pembangunan aerocity tidak boleh dijadikan pintu masuk dan legitimasi pengambilalihan tanah-tanah masyarakat. Perlu didorong dan difasilitasi bahwa pembangunan aerocity dapat dilakukan secara bersama-sama. Sistem share holding dalam proses pembangunan dan investasi antara masyarakat dan investor perlu dikembangkan. Agar masyarakat setempat tidak sekadar menjadi ‘penonton’ atau bahkan menjadi ‘korban’ pembangunan aerocity.

Investor menyediakan investasi dan mengoperasionalisasikan usaha dan bisnisnya secara profesional. Masyarakat menyediakan tanah, dan pemerintah daerah menyiapkan regulasi dan instrumen yang memungkinkan terbangunnya aerocity partisipatif. Dalam perspektif land management, penguasaan tanah bagi pelaku usaha termasuk korporasi cukup dalam bentuk Hak Pakai (HP) atau Hak Guna Bangunan (HGB) di atas Hak Milik (HM) masyarakat setempat. Yang diatur melalui perjanjian antara keduabelah pihak dalam bentuk akta yang dibuat dihadapan dan oleh Notaris-Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).

Apabila pembangunan aerocity maupun Bedah Menoreh ini dilakukan dengan melibatkan masyarakat secara partisipatif, maka mekanisme pengadaan tanah untuk kebutuhan pembangunan kota bandara menjadi lebih mudah. Konektivitas jalan yang membedah Pegunungan Menoreh meningkat, masyarakat lebih berdaya dan tidak terusir dari ruang hidupnya, iklim investasi kondusif dan aerocity terwujud secara baik. Sehingga mampu menjadi bangkitan baru yang produktif, berkeadilan dan berkelanjutan.

(Dr Sutaryono. Dosen pada STPN Yogyakarta dan Pembangunan Wilayah Fak Geografi UGM. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Rabu 19 Oktober 2016)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X