Menurut Sutopo, selama 2016, berdasarkan data sementara hingga 17 Juni 2016, telah terjadi 1.053 kejadian bencana di Indonesia menyebabkan 157 orang meninggal dunia dan lebih dari 1,7 juta jiwa menderita dan mengungsi serta ratusan ribu rumah rusak akibat bencana.
Data ini menunjukkan bahwa dampak bencana yang diterima masyarakat lokal masih besar dan menghancurkan aset-aset penghidupan. Tetapi di sisi lain kegiatan peningkatan kapasitas untuk mitigasi dan kesiapsiagaan terus dilakukan oleh pemerintah, organisasi masyarakat sipil serta sekolah-sekolah. Â
Menjadikan desa tangguh bencana, sekolah siaga bencana, kabupaten/kota tangguh bencana menjadi tujuan besar dalam tema-tema program untuk pengurangan risiko bencana. Setiap program menyajikan berbagai aktivitas pelatihan, studi banding, dukungan pendanaan secara hibah, hingga pelaksanaan lokakarya untuk menghasilkan kebijakan dan regulasi untuk pengurangan risiko.
Namun demikian gerakan tersebut belum sampai pada tataran internalisasi masyarakat dan pengambil kebijakan. Lagi-lagi terjadi aktivitas pembangunan yang berisiko, seperti misalnya pembangunan mall dan hotel yang begitu masif di Yogyakarta yang berdampak pada kuantitas air warga sekitar.
Salah satu tambang liar di Sleman (Dok. KRjogja.com)
Penambangan pasir di daerah-daerah pemukiman, hilangnya daerah resapan demi bangunan beton yang berdiri di atasnya, penebangan pohon tanpa tebang pilih yang memicu longsor dan banjir bandang. Serta respon darurat untuk kebakaran lahan dan hutan seperti menjadi agenda rutin tiap tahunnya. Â