Animo Meningkat, Prodi Pariwisata Menjamur

Photo Author
- Kamis, 18 Januari 2024 | 19:49 WIB
Dr Damiasih, Dosen STIPRAM Yogyakarta.
Dr Damiasih, Dosen STIPRAM Yogyakarta.


KRjogja.com - DI NEGARA kita tercinta Indonesia, ilmu pariwisata diakui sebagai ilmu mandiri sejak tahun 2008. Tentunya sebagai bagian dari pengelola pendidikan pariwisata kita patut berbangga karena pariwisata akan semakin berkembang dan tidak hanya dipandang sebagai vokasi semata.

Bila ditelaah lebih jauh maka pariwisata identik dengan suatu kegiatan melakukan perjalanan, kemudian singgah untuk makan, untuk menginap, untuk menikmati panorama indah, dan berbelanja untuk kenang-kenangan tentunya. Dari histori tersebut tentu ada pelaku wisata, pengelola makan,pengelola menginap, dan pengelola keperluan lainnya untuk para pelaku wisata. Rangkaian kegiatan yang telah dilakukan sejak jaman Rasululloh itu dapat dikatakan dengan kegiatan berwisata. Kegiatan tersebut tentu mendatangkan pemasukan untuk masyarakat, sehingga masyarakat menjadi sejahtera, makmur, dan berkembang.

Seiring dengan perkembangan, pariwisata sangat tepat bila ditetapkan sebagai suatu ilmu (science) dan juga sebelumnya masyarakat lebih condong menyimpulkan bahwa pariwisata itu identik dengan ketrampilan/skill. Gema pariwisata sebagai ilmu terus berkumandang ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Hal ini memicu masyarakat luas berlomba-lomba untuk ikut mendirikan program studi kepariwisataan dengan harapan masyarakat semakin memahami perkembangan ilmu pariwisata.

Baca Juga: Inovasi Etawaku Dilindungi, Pengusaha Harus Memahami Hak Kekayaan Intelektual

Lantas bagaimana sikap pengelola pendidikan tinggi pariwisata menghadapi fenomena munculnya prodi baru kepariwistaan? Sebagai negara pariwisata dan sekaligus sebagai negara destinasi pariwisata munculnya prodi-prodi baru kepariwisataan sangat wajar, akan tetapi sebaiknya pengelolaan pendidikan tinggi pariwisata diimbangi dengan harapan masyarakat berupa kualitas, sarana dan prasarana, SDM yang memiliki kompetensi dan mumpuni dalam mengelola prodi-prodi baru ini. Disisi lain, bagi pengelola prodi yang lebih dahulu lahir harus sanggup bersaing dan mempertahankan kualitas supaya kepercayaan masyarakat tetap terjaga.

Kunci utama dalam merangkul masyarakat masih berada pada kualitas pelayanan, karena ibarat kata mahasiswa/masyarakat adalah penyumbang “nyawa” terbesar untuk kelanjutan hidup suatu pendidikan selain sumber-sumber dana lainnya, oleh karena itu sebagai pengelola pendidikan tinggi harus gercep dalam menyesuaikan tuntutan pasar.

Sudah bukan waktunya lagi untuk mempertahankan budaya “njagakne endhog pitik blorok” (baca : ongkang-ongkang kaki) dalam menjemput cita-cita meraih pasar. Masyarakat kini sudah semakin cerdas dalam menetukan pilihan menempuh studi, dan bila fenomena pertumbuhan prodi-prodi baru bidang kepariwisataan semakin menjamur tanpa diimbangi dengan “keinginan” pasar, pelan tapi pasti semua akan ditinggalkan pasar. Era digital lebih diperhatikan pasar karena bagaimanpun juga segmen market pendidikan tinggi adalah generasi z.

Baca Juga: Groundbreaking Gedung LPS, Kepercayaan Masyarakat dan Dunia Usaha Diharapkan Semakin Meningkat

Sekarang tinggal bagaimana para pengelola pendidikan tinggi ini dapat beradu kualitas, bersaing secara sehat, saling menghormati dan menyadari akan tuntutan tersebut. Tantangan para pengelola pendidikan tinggi kini bukan lagi berat akan tetapi sangat berat dalam menghadapi perkembangan dan tuntutan masyarakat, tinggal bagaimana usaha dan strategi yang telah digulirkan ini dapat diolah dengan baik dan sesuai dengan keinginan pasar.

Fenomena menjamurnya prodi-prodi pariwisata baru ini tidak hanya untuk wilayah Jogja dan Jawa Tengah saja, akan tetapi diluar Jawa semakin banyak lahir prodi-prodi kepariwisataan. Semua perlu disyukuri berarti ilmu pariwisata semakin berkembang seiring dengan usianya yang menapak 16 tahun. Semakin banyak prodi kepariwisataan, maka semakin besar tanggung jawab para pengelola pendidikan tinggi pariwisata baik secara internal maupun eksternal sehingga ilmu pariwisata dan prodi kepariwisataan ini dapat bersaing dan sejajar dengan keilmuan lain yang lebih dahulu lahir ditengah-tengah masyarakat. Salam Pariwisata !! (Dr Damiasih, dosen STIPRAM Yogyakarta)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X