Ekologi Politik Hadapi Krisis Pencemaran Plastik

Photo Author
- Jumat, 24 Mei 2024 | 14:10 WIB
Dr Djoko Rahardjo MKes.
Dr Djoko Rahardjo MKes.

KRjogja.com - SAAT ini kita dihadapkan pada serbuan gelombang sampah plastik dilingkungan kita. Sampah plastik telah menjadi pencemar visual yang dengan mudah kita temukan di semua tempat, baik di pekarangan, jalan-jalan, tempat-tempat wisata, sungai, pantai bahkan pada kawasan yang jauh dari hunian manusia.

Pencemaran plastik telah berkembang menjadi krisis global, dan akumulasi pencemar plastik terus meningkat. Diperkirakan emisi global sampah ke sungai, danau, dan lautan berkisar antara 9 hingga 23 juta metrik ton per tahun, dengan jumlah yang sama yang dibuang ke lingkungan darat, dari 13 hingga 25 juta metrik ton per tahun pada 2016. Dan bila tidak ada upaya nyata untuk menghentikannya, diperkirakan pada tahun 2025 akan meningkat dua kali lipat.

Akumulasi pencemar plastik dilingkungan terjadi ketika laju emisi plastik melebihi laju penanganan dan tindakan pencegahan pencemaran plastik. Upaya dari pihak pemerintah, masyarakat sipil, dan kalangan usaha untuk mengurangi polusi plastik adalah tanda-tanda yang mendorong kesadaran dan keinginan untuk terlibat, tetapi, bagaimanapun telah gagal membendung arus gelombang pencemaran plastik.

Selama ini kita terlalu menyederhanakan permasalahan sampah plastik, kemudian memframing sebagai masalah “hilir”, sebagai masalah penanganan sampah plastik. Sementara itu kita abai pada akar permasalahan atau “hulu” dari pencemaran plastic, yaitu proses produksi dan konsumsi plastik. Oleh karena itu, untuk dapat memerangi arus gelombang pencemaran plastik, kita dituntut dapat memahami secara holistic kesuluruhan bsiklus produksi, konsumsi, dan perdagangan plastik, termasuk dampak terhadap terhadap lingkungan dan kesehatan.

Baca Juga: Anggota TNI AL Bantah Lakukan KDRT Penelantaran Anak dan Istri, Begini Pledoinya

Paparan yang tidak dapat dipulihkan

Dalam skala lokal dalam jumlah kecil, pencemaran plastik dapat dipulihkan karena dapat dihilangkan secara fisik dengan pembersihan penyediaan infrastruktur pengumpulan sampah secara baik dan memadai. Namun meski dalam skala lokal, ketika sampah plastik tidak dikelola dengan baik, mengalami pelapukan baik secara fisik dan biologi, kemudian terfragmentasi menjadi partikel mikro bahkan nanoplastik menjadi tidak terpulihkan. Hal tersebut dikuatkan dengan beberapa hasil penelitian bahwa debris sampah plastik telah ditemukan terakumulasi pada pantai terpencil dan permukaan laut di Pasifik Utara dan Selatan, Atlantik Utara dan Selatan, serta Samudra Hindia.

Kurang dari 0,3 juta metrik ton plastik diperkirakan saat ini beredar di permukaan laut, yang mewakili sebagian kecil dari perkiraan 9 juta hingga 23 juta metrik ton plastik yang dibuang setiap tahun ke sungai, danau, dan laut. Secara umum proses pelapukan plastic sangat lambat dimulai setelah terpapar ke lingkungan. Pelapukan plastik berlangsung sepanjang dua jalur yang saling berhubungan dan seringkali sinergis yaitu fragmentasi dan pelepasan komponen yang larut atau mudah menguap, bersamaan dengan proses biofouling dan degradasi oksidatif.

Dalam konteks ancaman global yang ditimbulkan oleh akumulasi dan polusi plastik yang tidak dapat dipulihkan dengan baik, proses pelapukan fisik, kimia, dan biologis penting karena mereka mempengaruhi waktu pembuangan akhir dan waktu tinggal di zona paparan yang tidak dapat dibalikkan dengan baik, serta mekanisme dampak yang mungkin terjadi. Pencemaran dan paparan partikel plastic baik mikro maupun nanoplastik menjadi ancaman global dan berdampak luas terhadap lingkungan, Masuknya pencemar platik dalam rantai makanan berpotensi menimbulkan risiko kesehatan pada manusia melalui konsumsi air, sayur, buah, makanan laut seperti ikan, udang bahkan garam dapur.

Akumulasi konsentrasi partikel plastik tersuspensi dan heteroagregat dalam ekosistem perairan dapat mempengaruhi sumber makanan atau tingkat kekeruhan di habitat komunitas cyanobacteria dan fitoplankton. Penurunan populasi komunitas bakteri akan menyebabkan berkurangnya penyerapan karbon dari atmosfer. Karbon yang tidak diserap, yang sebaliknya akan berkontribusi pada jaring makanan laut, justru dapat tetap berada di atmosfer, yang akan berkontribusi pada pemanasan global. Sementara itu penelitian lain juga menyebutkan bahwa peningkatan beban plastik dapat menyebabkan perubahan sifat tanah dalam jangka panjang, seperti kapasitas menahan air, aktivitas dan keragaman mikroba, ketersediaan nutrisi, dan struktur tanah.

Akumulasi plastik dalam tanah dapat menyebabkan efek pada kinerja tanaman dan keanekaragaman tanaman serta degradasi tanah yang berpotensi tidak dapat dipulihkan. Hasil riset terbaru melaporkan bahwa terdapat 914 spesies megafaunal laut (termasuk 226 spesies burung laut, 86 spesies mamalia laut, semua spesies penyu, dan 430 spesies ikan) yang terpengaruh oleh sampah plastic baik melalui belitan dan/atau konsumsi. Berbagai dampak yang disebabkan oleh menelan mikroplastik karena partikel dan toksisitas terkait bahan kimia telah dilaporkan, termasuk cedera fisik, perubahan fisiologi, dan gangguan tingkat makan, pertumbuhan, reproduksi, dan konsumsi oksigen. Dalam sedimen, konsentrasi makro dan nanoplastik di atas 0,5% ditemukan mempengaruhi kelimpahan makroinvertebrata.

Baca Juga: LPS Siapkan Pembayaran Klaim Penjaminan Simpanan Nasabah BPR Jepara Artha

Urgensi Ekologi Politik

Permasalahan pencemaran lingkungan seperti halnya pencemaran plastik bukan hanya permasalahan yang bersifat teknis karena buruknya pengolahan limbah atau masalah manajemen seperti lemahnya pemantauan dan penindakan. Namun lebih dari itu permasalahan muncul berkaitan erat dengan persoalan relasi kekuasaan yang timpang dan ketidakadilan. Meskipun penyelesaian yang bersifat teknis dan manajemen tetap penting untuk dilakukan namun terdapat ketidaksetaraan relasi kekuasaan dan ketidakadilan yang perlu diperhatikan dalam kasus pencemaran sampah plastik ini karena dapat menimbulkan dampak yang sistematis dan masif.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X