Ka'bah dan Arbain: Kangen yang Penuh Risiko

Photo Author
Primaswolo Sudjono
- Kamis, 27 Juni 2024 | 22:15 WIB
Ishaq Zubaedi Raqib/Penulis (MCH Daker Makkah) mendorong kursi roda jemaah
Ishaq Zubaedi Raqib/Penulis (MCH Daker Makkah) mendorong kursi roda jemaah

Krjogja.com - Sudah kelar semua rukun dan wajib haji. Pasangan ini kembali ke Haram. Kangen dan ingin mengitari Ka'bah lagi. Karena harus menggunakan dan mendorong kursi roda, mereka tertinggal rombongan.

Hanya berdua di tengah gelombang ratusan ribu mutawwif. Jam 00.30 WAS, saya diarahkan muwadzdzafah KSA. Setelah tanya, rupanya mereka dari SOC hotel 502. Dengan penuh keyakinan, minta diantar ke terminal Jiyad.

Ini adalah kasus ketiga dalam setengah malam. Sebelumnya, persis di Babul Umrah, kami langsung ditarik jemaah haji kloter SUB, asal Bangkalan. Sama sekali tidak dapat berbahasa Indonesia. Beliau kehilangan istrinya.

"Tadinya mau tawaf sunnah. Mau lihat Ka'bah lagi," katanya dengan bahasa Madura yang tebal. Kami minta dia menunggu. Kami hubungi Seksus Haram. Belum lama dia duduk, datang dua orang lainnya.

Baca Juga: Pindah ke Madinah, Jemaah Haji Diimbau Utamakan Ziarah Raudah

Asal Aceh. Seorang di antaranya sudah renta alias lansia. Diantar sepupunya, baru menyelesaikan 4 putaran tawaf. Kakinya bergetar. Keringatnya mancur. Tidak berdaya. Datang ke Haram, juga untuk ibadah afdaliyat. Kangen Ka'bah.

***

Dari centre Masjidil Haram, kami dorong kursi roda ke Jiyad. Tiba di tujuan, bapak'e bingung. Katanya di Syib Amir. Kami balik arah dan lanjut. Karena terlanjur larut, di tengah jalan menuju Syib Amir, kami tawarkan taksi. Jam 03.26 WAS, kami tiba. Hotel sepi. Penghuninya dipeluk malam.

Ibu itu, persis wajah ibuku. Saya yakin usia beliau tidak jauh dari ibu saya. Waktu di Jiyad, beliau sudah sembab. "Masnya pasti cape," katanya. Saya tersenyum. Tangannya menarik tangan saya. Beliau selipkan riyal. "Tidak, Ibu!"

"Saya senang bersama, Ibu," saya bisikkan ke telingannya. Sepertinya beliau menangis. Saya cium dan kecup keningnya. Wangi ibu saya menyelinap. Aroma yang menaikkan insulin dalam darahku. Ada zat penenang dan rasa ketagihan.

Baca Juga: Menag Yaqut: Tidak Ada Penyalahgunaan Kuota Tambahan Haji 2024

Jam 03.45, saya baru kembali ke hotel. Sahur sebentar, minum, dan ambil wudu. Suara azan terdengar sayup dari seberang. Tidak banyak zikir. Mata memberat. Kelopak mengatup. Jam 08.14 bangun. Waktunya umbah-umbah.

***

Bagi para lansia dan risti (risiko tinggi), dan bagi siapa pun, kangen Ka'bah adalah naluri Ilahiyah. Tapi kurang menimbang risiko adalah tindakan menguatirkan keamanan dan keselamatan. Paling ringan, risiko tertinggal rombongan atau kehilangan pasangan atau teman.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Primaswolo Sudjono

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X