Penciptaan gelar priyayi pendidikan, diikuti pembuatan tata kelola baru sebuah pabrik gelar. Tujuannya? Agar pendidikan formal diposisikan sebagai jalan tol. Sebuah jalan bebas hambatan menuju status sosial baru: priyayi pendidikan.
Baca Juga: Berburu Atlet Sepak Bola Putri Unggul, MilkLife Soccer Challenge 2024 Digelar di Sleman
Dari sudut ini, muncul format baru komoditas pendidikan yang menyatakan pendidikan dan pengajaran bukan lagi menjadi sebuah kegiatan belajar mengajar. Pendidikan dan pengajaran tidak ditempatkan sebagai proses pengembangan nalar perasaan dan akal pikiran.
Stempel sosial atas keberadaan priyayi pendidikan dalam konteks komoditas akademik, memiliki konsekuensi logis yang mengharuskan konsumen pabrik gelar memperoleh semat (kekayaan). Menyandang derajat (kasta dan status sosial tinggi). Mempunyai kramat (pangkat dan kekuasaan yang besar) secara cepat lewat proses sangat instan.(Dr Sumbo Tinarbuko MSn, pemerhati budaya visual dan Dosen Komunikasi Visual FSRD ISI Yogyakarta)