Nasib Desa Wisata di Era Prabowo

Photo Author
- Selasa, 29 Oktober 2024 | 10:27 WIB
GKR Bendara (paling depan) saat mengunjungi bukit di Gunung Kendil  Kulonprogo. (Foto: Istimewa)
GKR Bendara (paling depan) saat mengunjungi bukit di Gunung Kendil Kulonprogo. (Foto: Istimewa)

KEMENTRIAN Pariwisata kini punya mahkoda baru. Widiyanti Putri Wardhana, yang dipercaya Prabowo menjadi Menpar wanita yang akrab disapa Widi ini adalah putri dari konglomerat Wiwoho Basuki Tjokronegoro, di sektor energi dan batu bara. Ia bakal dibantu  Ni Luh Enik Ermawati , latar belakangnya adalah jurnalis TV.

Dua Srikandi inilah yang bakal menjadi tulang punggung, menjawab tantangan pariwisata  yang semakin kompleks. Pemisahan kementrian pariwisata dan ekonomi kreatif, diharapkan pembangunan dan pengembangan pariwisata semakin fokus dan terintegrasi.

Kalangan pariwisata tentu berharap, agar  program-program diterapkan tetap sasaran dan berguna bagi pelaku pariwisata dan berdampak kepada kesejahteraan masyarakat Indonesia. Penggabungan pengusaha dan jurnalis, diharapkan mampu  mendongkrak pertumbuhan pariwisata ndi Indonesia.

Baca Juga: Workshop Landmark Desa Wisata Punthuk Setumbu

Menpar Widiyanti memang belum bicara banyak, dari mana dan apakah akan melanjutkan program Menteri lama Sandiaga? Terakhir, Sandiaga yang terakhr terjun ke dunia politik menitipkan program desawisata. Termasuk Anugerah Desa Wisata (ADWI), akankah terus berlanjut?

Saat ini dari 34 Provinsi di Indonesia, Kementrian Pariwisata mencatat ada 70.000 desa wisata  dan terus bertambah. Antusias mereka luar biasa, sehingga ketika pendaftar ADWI sangat ba nyak. Tahun 2021, ada 1.831 desa wisata yang mendaftar,  pada 2022, ada 3.419 desa wisata, dan 4.573 desa wisata  pada ADWI 2024 berpartisipasi  dalam ADWI. Hal ini menunjukkan perkembangan desa wisata yang menggembirakan dalam hitungan kuantitas.

Penilaian desa wisata tersebut, berdasarkan  4 pilar parwisata berkelanjutan. Yakni pilar tata Kelola, ekonomi lokal, budaya dan pelestarian lingkungan. Klasifikasi terse but, terbagi berupa desa rintisan, berkembang, maju serta mandiri.

Baca Juga: RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Terus Beri Dukungan Pasien Hemodialisis, Gagal Ginjal Bukan Gagal Hidup

DIY sendri juga aktif melakukan pembanguan tyerus menerus. Pengalaman  menjadi juri desa wisata, Dinas Pariwisata Kulonprogo sangat inovatif dalam melakukan pembinaan. Masyarakat diharapkan menerapkan prinsip sapta pesona yang sejalan dengan kearifan lokal, agar memberikan pelayanan dan pengalaman berkesan bagi wisatawan.

Pemerintah DIY juga sudah melakukan hal tersebut, bahwa sekarang saatnya  bukan lagi konsep Indonesia membangn desa.Namun diubah menjadi desa yang membangun Indonesia. Desa yang dulu sebagai objek pembangunan, kini justru berubah sebagai subyek pembangunan. Apalagi internet sudah masuk desa, sehingga mampu mempercepat.

Menurut data Kemenparekraf, dalam dua tahun terakhir tingkat kunjungan wisatawan ke desa wisata meningkat 30 hingga 50 persen. Hasil dari kunjungan itu bahkan bisa menyumbang 30 hingga 70 persen dari pendapatan asli desa.

Sebut saja desa-desa wisata ternama, seperti desa Panglipuran di Bali, baru setengah tahun ini sudah bisa menyumbang pendapatan sebesar Rp15 miliar lebih. Dalam konteks prestasi yang membawa nama Indonesia ke kancah internasional, ada desa wisata Nglanggeran di Gunungkidul. Organisasi parwisata dunia United Nation World Tourism Organization ()UNWTO) memberikan penghargaan sebagai desa wisata terbaik dunia tahun 2021. Penghargaan tesebut diberikan bersama dengan 44 desa wsiata lan dari 32 negara di dunia berdasarkan inovasi dan komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan (SDGs). Pada tahun itu juga Kemenparekraf menobatkan menjadi desa wisata Mandiri Inspiratif dan Desa Wisata Berkelanjutan .

***

Dalam sejumlah penelitian juga menunjukkan bahwa pengembangan desa wisata dapat meningkatkan pendapatan masyarakat secara signifikan. Misalnya, hasil penelitian di Desa Bejiharjo menunjukkan bahwa rumah tangga yang bekerja di industri pariwisata memiliki pendapatan per kapita rata-rata Rp639.196, sedangkan rumah tangga yang bekerja di luar industri pariwisata memiliki pendapatan per kapita rata-rata Rp337.1282. Ini menunjukkan bahwa desa wisata efektif dalam menyerap tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Primaswolo Sudjono

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X