PENERAPAN ajaran Ki Hajar Dewantara pada pelayanan publik mampu memberikan kerangka kerja yang efektif untuk meningkatkan komunikasi dan motivasi kerja.
Seperti diketahui, pelayanan publik adalah salah satu fungsi vital pemerintah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Sebagai ujung tombak interaksi pemerintah dengan warganya, pelayanan publik berperan penting dalam menciptakan kepercayaan dan kepuasan masyarakat terhadap pemerintah.
Namun, kenyataannya pelayanan publik di berbagai instansi pemerintah masih dihadapkan pada banyak tantangan.
Prosedur yang berbelit-belit, ketidakjelasan informasi, serta rendahnya responsivitas aparatur pemerintah menjadi keluhan yang sering disuarakan oleh masyarakat.
Masalah ini sering kali berakar pada kurangnya sistem komunikasi yang efektif di dalam organisasi serta rendahnya motivasi kerja pegawai dalam memberikan pelayanan yang berkualitas.
Menjadi pertanyaan sebenarnya bagaimana pola komunikasi organisasi memengaruhi pelayanan publik di instansi pemerintah. Bagaimana motivasi kinerja memengaruhi kualitas pelayanan publik dan bagaimana nilai-nilai Ki Hajar Dewantara dapat diterapkan untuk meningkatkan pola komunikasi dan motivasi kerja.
***
Komunikasi organisasi memainkan peran sentral dalam memastikan setiap individu di dalam organisasi memahami peran, tanggung jawab, dan arah yang jelas dalam mencapai tujuan bersama.
Pola Komunikasi Organisasi ini mencakup pola vertikal yakni dari atasan ke bawahan atau sebaliknya, dan horizontal yaitu antar rekan kerja, dan diagonal atau lintas departemen atau hierarki. Pola komunikasi yang efektif dapat mempercepat proses penyampaian informasi dan pengambilan keputusan (Katz & Kahn, 2019).
Pola komunikasi yang buruk dapat menciptakan kesenjangan antara pimpinan dan staf, menghambat penyampaian informasi, dan mengurangi koordinasi yang diperlukan untuk memberikan pelayanan yang optimal.
Motivasi Kinerja dipengaruhi oleh faktor intrinsik seperti kepuasan personal, rasa tanggung jawab dan ekstrinsik misalnya gaji, penghargaan. Ryan dan Deci (2000) dalam teori Self-Determination menjelaskan bahwa motivasi intrinsik lebih berdampak pada kinerja jangka panjang dibandingkan motivasi ekstrinsik.
Selain itu, motivasi kerja pegawai menjadi faktor penting yang turut menentukan kualitas pelayanan publik.
Pegawai yang kurang termotivasi cenderung menunjukkan performa yang rendah, sehingga memengaruhi kecepatan, akurasi, dan keramahan dalam melayani masyarakat.