Partisipasi Semesta Membangun Pendidikan

Photo Author
- Jumat, 2 Mei 2025 | 22:01 WIB
Dr. Azaki Khoirudin, M.Pd   (istimewa)
Dr. Azaki Khoirudin, M.Pd (istimewa)

Membangun Peradaban Manusia Unggul

Peradaban berawal dari cinta, yaitu cinta kebijaksanaan dan cinta pengetahuan. Dua cinta cinta ini menjelma dari etika, moral, akhlak, atau keluhuran budi pekerti. Karena itu, tanpa etika dan moral, peradaban tak mampu berdiri kokoh. Sebuah bangsa dan peradaban yang mengabaikan etika, akan segara menemui ajalnya. Peradaban itu tercermin dari watak, karakter, dan kepribadian manusia.

Ada prinsip dasar yang bersifat universal, bahwa proses membangun suatu peradaban bangsa merupakan proses membangun manusia seutuhnya. Baik fisik, mental maupun spiritual. Inilah yang disebut oleh S.D. Harmono dalam bukunya Bringing Civilizations Together (2020) dengan istilah human prosessing, yakni proses membina manusia. Dan ini adalah inti pendidikan, yaitu membentuk kepribadian, karakter, mentalitas, spiritual dan kognisi manusia. Dengan demikian human prosessing adalah gerak kebudayaan dalam proses memanusiakan manusia. Kuncinya adalah etika.

Adalah sangat tepat sasaran jika Kemendikdasmen Abdul Mu’ti menjadikan penguatan pendidikan karakter sebagai program perioritasnya. Pembangunan karakter terkait erat dengan pembangunan peradaban. Penguatan karakter sangat strategis jika dilakukan sejak jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk menjadi bangsa yang berperadaban maju, kuncinya manusia (SDM) yang unggul. SDM unggul tersebut harus mempunyai delapan karakter utama bangsa (Asta Cita ke-4) yakni: religius, bermoral, sehat, cerdas dan kreatif, kerja keras, disiplin dan tertib, mandiri, serta bermanfaat.

Baca Juga: Sahid Raya Hotel and Convention Yogyakarta Gelar Travel Agent Gathering

Sudah banyak sekali usaha dan program penguatan pendidikan karakter digagas dan dilakukan. Sebagai Menteri Pendidikan tingkat dasar dan menengah, penanaman pendidikan karakter ala Mu’ti tidak harus melalui berbagai macam teori atau proyek yang rumit, tetapi cukup dari kebiasaan kecil. Harapannya dari kebiasaan kecil terbentuk kepribadian, dari kepribadian terbangun peradaban. Tujuh (7) Kebiasaan Anak Indonesia Hebat tersebut antara lain: Bangun Pagi, Beribadah, Berolahraga, Makan Sehat dan Bergizi, Gemar Belajar, Bermasyarakat, dan Tidur Cepat.

Selain membangun kebiasaan pada murid, tugas guru juga diposisikan sebagaimana mestinya. Tugas guru tidak hanya mengajar, melainkan membimbing murid. Untuk itu, guru akan ditingkatkan kompetensinya dengan pelatihan bimbingan dan konseling. Hal ini agar guru dapat menjadi pembimbing murid dalam menemukan dan mengembangkan potensinya, juga membentuk kepribadian dan karakter murid.

Semoga dalam semangat hardiknas 2025 ini, dapat menjadi momentum bergandeng tangan, menyamakan visi dan persepsi semua pihak dalam mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua. (Penulis adalah Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan)

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X