Tan Malaka memandang, masyarakat Indonesia perlu membebaskan diri dari mentalitas budak yang terbentuk setelah 3,5 abad dibawah kolonialisme. Namun, pembebasan ini tidak cukup hanya dengan merusak simbol-simbol kekuasaan lama. Revolusi mental melalui pendidikan politik yang membebaskan diperlukan agar aksi massa tidak berhenti pada kerusuhan, tetapi mampu mentransformasi struktur sosial-politik yang timpang. Organisasi dan kesadaran kolektif harus dibangun agar energi perlawanan rakyat dapat diarahkan pada perubahan yang sistematis dan berkelanjutan.
Massa bukanlah penghancur, mereka adalah suara yang terluka yang akhirnya meledak. Namun harus diingat, api yang merusak dan membakar fasilitas rakyat justru bisa menjadi pengkhianatan terhadap perjuangan itu sendiri.
Seperti ditulis Tan Malaka dalam Dari Penjara ke Penjara “Ingatlah bahwa suara saya dari alam kubur akan lebih menggemakan daripada di bumi ini" . Suara Affan Kurniawan dan korban lainnya harus menjadi gema yang mengubah Indonesia menuju masyarakat yang lebih adil dan beradab bukan hanya untuk elite, tetapi untuk semua rakyat Indonesia. (Puji Qomariyah, M.Si, Sosiolog dan Mahasiswa Doktoral Sosiologi Pendidikan UNY)