KRjogja.com - PERTUMBUHAN ekonomi Indonesia sebesar 5,12 persen (y-on-y) pada triwulan II tahun 2025 bukanlah ilusi statistik. Angka ini mencerminkan proses pemulihan dan penguatan fundamental ekonomi nasional yang bersandar pada dua pilar utama: permintaan ekspor yang kuat dan penyerapan domestik yang stabil. Pertumbuhan ini tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan hasil dari sinergi berbagai sektor yang berhasil meningkatkan produksi, konsumsi, dan daya saing ekspor di tengah ketidakpastian global.
Baca Juga: Ribuan Rekening Dormant Diblokir PPATK, Sah atau Sewenang-wenang?
Ekspor sebagai Motor Pertumbuhan Baru
Salah satu penggerak utama pertumbuhan kuartal ini adalah ekspor barang dan jasa. Badan Pusat Statistik (BPS, 2025) mencatat bahwa komponen ini tumbuh sebesar 10,67 persen dan memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan, yaitu 2,43 poin persen, tinggi di antara komponen permintaan agregat. Kinerja ekspor nonmigas yang mencapai US$128,39 miliar pada semester pertama, dengan pertumbuhan kumulatif sebesar 8,96 persen, menunjukkan kekuatan sektor eksternal Indonesia dalam menopang pertumbuhan.
Pertumbuhan ekspor ke Amerika Serikat mencapai 24,5 persen, sementara ekspor ke Thailand naik 45,2 persen, ke Belanda naik 34,25 persen, dan ke Singapura tumbuh 28,93 persen. Lonjakan ini menunjukkan bahwa daya saing produk Indonesia semakin kuat di pasar internasional, khususnya pada sektor tekstil, makanan dan minuman, produk kayu, furnitur, dan elektronik. Permintaan global yang tinggi disambut baik oleh pelaku usaha dalam negeri melalui peningkatan kapasitas produksi, penyerapan tenaga kerja, dan ekspansi kegiatan manufaktur.
Baca Juga: Demo Ricuh, Bupati Pati Dilempar Sandal
Peran Strategis Industri Pengolahan
Di balik performa ekspor yang impresif, sektor Industri Pengolahan mencatat pertumbuhan sebesar 5,68 persen (y-on-y) dan tetap menjadi kontributor terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), dengan pangsa 18,59 persen. Sektor ini membuktikan peran sentralnya sebagai penghela pertumbuhan ekonomi berbasis nilai tambah. Kapasitas industri nasional menunjukkan peningkatan seiring naiknya Indeks Kepercayaan Industri dan meningkatnya volume ekspor dari sektor manufaktur.
Penguatan sektor industri tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi produksi, tetapi juga menciptakan efek berantai pada sektor logistik, distribusi, dan perdagangan. Dengan meningkatnya permintaan dari pasar ekspor, industri lokal mendapatkan insentif kuat untuk meningkatkan efisiensi dan daya saingnya. Hal ini menjadi sinyal positif bagi masuknya investasi baru dan ekspansi kapasitas produksi dalam negeri.
Konsumsi Domestik Tetap Kokoh
Sementara ekspor menjadi jangkar pertumbuhan, konsumsi domestik tetap menjadi pilar utama penyokong perekonomian. Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,96 persen (y-on-y) dan memberikan kontribusi tertinggi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 2,64 poin persen. Pengeluaran ini terjaga oleh pencairan gaji ke-13 bagi ASN, perayaan keagamaan, dan penguatan program bantuan sosial. Ketahanan konsumsi masyarakat mencerminkan pulihnya daya beli, terutama pada kelompok pendapatan menengah dan bawah.
Selain itu, pengeluaran konsumsi pemerintah (PK-P) tumbuh tajam sebesar 21,05 persen secara q-to-q, mencerminkan peran aktif pemerintah dalam menjaga momentum pertumbuhan melalui belanja modal dan operasional yang efisien dan tepat sasaran.