opini

Dolanan Tradisional Tumbuhkan Karakter Mulia Anak

Kamis, 28 Agustus 2025 | 15:46 WIB
Yudha Kurniawan lulusan SMP 1 Bantul tahun 1993 (Dok. Pribadi)

PEMERINTAHAN Prabowo Subianto pada tahun 2045 hendak mewujudkan generasi emas Indonesia yang cerdas berkarakter. Harapannya, Indonesia akan meraih bonus demografi dari mayoritas populasi usía produktif penduduknya.

Namun demikian, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menengarai adanya tiga tantangan yang perlu diantisipasi, sehingga tidak menghambat terwujudnya cita-cita itu.

Pertama, perkembangan teknologi digital dapat menggiring anak-anak kita menjadi generasi instant. Anak-anak terancam tumbuh dengan pola pikir serba cepat, gara-gara mereguk nikmatnya kemudahan yang diberikan oleh teknologi yang begitu smart.

Walhasil, mereka tidak sabar menjalani proses yang panjang, sehingga mudah menyerah saat menemui kesulitan.

Bahkan banyak anak-anak kita yang malas berfikir, gara-gara telanjur biasa menyalin jawaban tanpa rasa malu. Kebiasaan hidup dalam kemudahan, tentu berpotensi menyeret anak ke dalam gaya hidup praktis.

Akibatnya, dapat mengikis ketekunan, disiplin, dan daya juangnya, sehingga tidak lagi berminat untuk serius mendalami sesuatu.

Kedua, Kemendikdasmen memotret degradasi karakter peserta didik yang semakin mengkhawatirkan. Maraknya kasus perundungan di sekolah, tawuran, bahkan hingga murid terjerat alkohol dan narkoba, membuktikan sinyalemen itu.

Hal itu menggambarkan lunturnya nilai empati, tanggung jawab, dan penghargaan terhadap kemanusiaan. Harapan kepada sekolah sebagai ruang aman untuk tumbuh dan belajar seolah pudar, dengan kenyataan hadirnya kekerasan di dalamnya.

Kondisi ini menjadi tengara kuat bagi kita, untuk serius memperkuat pendidikan karakter. Harapannya tumbuh generasi berbudaya damai, sehingga kembali hadir atmosfer pendidikan Indonesia yang kondusif untuk membentuk manusia beradab.

Ketiga, pemahaman anak terhadap budaya local dinilai mengalami kemunduran. Selain mengikis jati diri anak Indonesia, kondisi ini juga memantik timbulnya masalah kesehatan fisik dan psikis.

Kebersahajaan, kebersamaan, dan pengendalian diri, sebagai nilai-nilai kearifan lokal secara berangsur ditinggalkan oleh anak-anak kita. Walhasil, anak mudah terjerumus dalam perilaku berisiko seperti judi online.

Mereka juga malas gerak (mager), menjadi penikmat gaya hidup sedentari yang memicu obesitas, kecanduan gawai, gangguan kesehatan mental, hingga terpapar pornografi dan narkoba.

Seolah meraka tidak lahir di sebuah bangsa dengan budaya lokal yang sarat dengan praktik hidup sehat dan harmonis, yang dapat membentengi dari ekses negatif kemajuan zaman.

Padahal Kemendikdasmen menggambarkan profil Generasi Emas Indonesia yang cerdas berkarakter, sebagai anak yang sehat bugar secara fisik, kuat mentalnya, serta berkesadaran spiritual. Selain harus cerdas dan kreatif, mereka juga perlu memiliki kepedulian dan tanggung jawab sosial.

Maka anak Indonesia harus dihindarkan dari segala macam bentuk kemalasan. Mulai dari terlambat bangun pagi, enggan beribadah, malas bergerak dan berolahraga, malas belajar, termasuk juga malas mengkonsumsi (tidak doyan) makanan bergizi lengkap, dan jangan sampai malas bergaul / bersosialisasi.

Halaman:

Tags

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB