Yogyakarta, Inklusif 'Totum Pro Parte'

Photo Author
- Minggu, 16 Juli 2017 | 07:47 WIB

Lima tahun terkahir, penulis berkawan dengan seorang transpuan difabel (rungu-wicara) yang berupaya melanjutkan studinya di perguruan tinggi. Beberapa kali ia gagal diterima di perguruan tinggi, entah karena ekspresi gender atau difabilitasnya. 

 

Pada tahun 2011 ia diterima oleh sebuah Universitas Islam Negeri di Yogyakarta untuk mengembangkan diri. Keberterimaan tidak sepihak dilakukan. Seorang transpuan difabel ini beragama Kristen Jawa, sedangkan basis agama di universitas tersebut adalah Islam. Universitas yang sedang terus berupaya menjadi wadah inklusif untuk semua ragam identitas tersebut menerima seorang mahasiswa yang telah mengalami kekerasan berlapis berbasis identitasnya. Pun seorang transpuan difabel-Kristen Jawa menyesuaikan diri dengan iklim dan budaya universitas. Ia mengenakan jilbab pada setiap perkuliahan. 

 

Proses keberterimaan yang terjadi antara dua pihak ini mampu meminimalisasi terjadinya resistensi atas masing-masing identitas. Di luar keterpaksaan atau kesepakatan di antara keduanya, upaya untuk saling membersamai berbasis identitas dan kemanusiaan ini menjadi praktif baik yang harus selalu direfleksikan. 

Transpuan difabel (rungu-wicara) yang beragama Kristen Jawa dan melanjutkan studi di sebuah instituti pendidikan Islam negeri menjadi sebuah potret bagaimana identitas gender, seksualitas, agama, difabilitas, dan pendidikan menjadi saling terkait. Artinya, menghadapi ragam identitas tidak bisa dilakukan secara parsial. 

 

Keberterimaan Yogyakarta atas ragam ekspresi gender dan seksualitas berbasis agama juga terjadi pada Pondok Waria Al-Fattah di Yogyakarta. Wadah para transpuan untuk belajar agama yang dikepung oleh Front Jihad Islam (FJI) pada 19 Februari 2016 lalu, sebelumnya tidak mengalami penolakan oleh warga sekitar. Mereka hidup berdampingan sebagai sesama manusia. 

 

Pondok ini sudah bukan bahan baru untuk dibahas. Namun penulis hanya ingin memberi catatan kecil bahwa dalam dinamika beribadah dan berketuhanan, tidak berhak sesama manusia saling mencampuri dan menghakimi. Bukankah kehadiran Tuhan tidak semata soal atribut? Apakah Tuhan mempersoalkan jenis kelamin juga orientasi seksual kita saat melakukan ibadah? Apakah kita salah jika melakukan ibadah dengan orientasi seksual yang ditentang oleh banyak orang? 

 

Pertanyaan-pertanyaan ini juga sama halnya dengan mengapa orang meributkan kita yang tetiba tidak berjilbab? Padahal transformasi moral dan keimanan manusia tidak cukup dilihat dari hal-hal yang kasat mata. Penulis percaya bahwa Tuhan datang tak perlu dikawal. 

 

Kegelisahan tentang orientasi seksual yang berkelindan dengan spiritualitas diri juga dialami oleh beberapa kawan penulis. Salah satunya adalah seorang gay-muslim yang tumbuh di pesantren sejak pertama masuk Madrasah Tsanawiyah (setara dengan SMP), melanjutkan di Madrasah Aliyah (setara SMA), dan kuliah di perguruan tinggi Islam. Basis agamanya cukup kuat. Namun ia bukan sosok yang konservatif. 

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: agung

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X