Baca Juga: Dua Hari, Dua Warga Bantul Ditemukan Warga dalam Keadaan Meninggal Dunia
Realisme dalam Struktur Pertumbuhan
Pertumbuhan 5,12 persen pada triwulan II bukanlah angka yang dilebih-lebihkan. Data BPS menunjukkan struktur pertumbuhan yang realistis dan semakin sehat. Peningkatan ekspor yang dibarengi dengan pertumbuhan sektor industri pengolahan dan konsumsi domestik menandakan bahwa pertumbuhan ini bukan sekadar dorongan musiman, melainkan hasil dari perbaikan struktural yang sedang berlangsung.
Peran ekspor menunjukkan bahwa Indonesia tidak lagi terlalu bergantung pada permintaan dalam negeri. Keberhasilan memperluas pasar ekspor dan memperkuat sektor manufaktur menunjukkan arah baru dalam kebijakan ekonomi yang lebih berorientasi keluar (outward-looking). Di sisi lain, daya beli domestik tetap terjaga, menciptakan keseimbangan antara permintaan global dan penyerapan lokal.
Baca Juga: Korban MBG di Sragen 251 Orang, 5 Dirawat
Membangun Keberlanjutan Pertumbuhan
Pertumbuhan yang terjadi pada triwulan II memberikan pesan penting: Indonesia memiliki potensi untuk mempertahankan bahkan mempercepat laju pertumbuhan jika mampu menjaga kestabilan kebijakan ekonomi. Ke depan, pemerintah harus memperkuat infrastruktur logistik, meningkatkan efisiensi pelabuhan, dan mempermudah rantai pasok produksi. Di sisi fiskal dan moneter, stabilitas kebijakan menjadi kunci agar dunia usaha terus percaya dan berinvestasi.
Interkoneksi antarwilayah juga perlu ditingkatkan agar pertumbuhan tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang berkontribusi 56,94 persen terhadap PDB, tetapi juga menyebar ke wilayah lain yang memiliki potensi ekspor berbasis sumber daya lokal.
Baca Juga: KPK Cekal Gus Yaqut ke Luar Negeri
Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi 5,12 persen pada triwulan II tahun 2025 merefleksikan realisme pembangunan ekonomi Indonesia yang semakin tangguh. Mekanisme export-led growth berjalan beriringan dengan kekuatan penyerapan domestik, menciptakan kombinasi yang ideal untuk pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan. Tantangan ke depan adalah menjaga momentum ini melalui konsistensi kebijakan, dukungan infrastruktur, serta peningkatan produktivitas sektor manufaktur dan pertanian. Dengan arah kebijakan yang tepat, pertumbuhan ini bukan hanya realistis, tetapi juga dapat menjadi landasan bagi Indonesia menuju perekonomian yang lebih maju dan tangguh. (Prof. Dr. Syafruddin Karimi, Departemen Ekonomi Universitas Andalas)